URguide

Kisah Inspiratif Martha Simanjuntak Berdayakan Perempuan di Bidang IT

Shelly Lisdya, Kamis, 21 April 2022 10.26 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Inspiratif Martha Simanjuntak Berdayakan Perempuan di Bidang IT
Image: marthasimanjuntak.web.id

Jakarta - Hari Kartini yang dirayakan setiap tanggal 21 April identik dengan berbagai kisah inspirasi dari para perempuan, tak terkecuali mereka yang berjuang untuk membangkitkan peran perempuan di dunia industri.

Seperti kita ketahui, selama ini dunia informasi dan teknologi (IT) identik dengan kaum laki-laki. Menurut studi yang dilakukan Microsoft Asia pada 2017, hanya ada 20 persen perempuan di dunia yang bekerja di industri Science, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM). 

Artinya, hanya ada satu perempuan dari lima pekerja profesional di industri STEM.

Menyadari adanya ketimpangan tersebut, Martha Simanjuntak akhirnya mengambil langkah konkret untuk memperkecil gap. Tak bekerja sendiri, wanita lulusan program MM Creative Marketing dari BINUS Business School ini membangun komunitas untuk membantu meningkatkan awareness terhadap dunia IT di kalangan wanita Indonesia.

Heran Dunia IT Didominasi Laki-laki

Mengutip dari laman Binus, perjalanan inspiratif Martha Simanjuntak bermula pada 2009, ketika ia masih bekerja di salah satu perusahaan IT di Indonesia. Saat itu, ia cukup aktif terlibat dalam berbagai project management

Dari sini ia menyadari bahwa dari sekian banyak project yang diikutinya, jumlah pekerja perempuan yang terlibat sangatlah sedikit. Bahkan tak jarang Martha menjadi satu-satunya perempuan dalam sebuah project IT.

Keresahan tersebut tak hanya dirasakan oleh Martha, tapi juga teman-teman perempuan lain yang juga bekerja di bidang serupa. Awalnya, mereka hanya berkumpul santai setiap Jumat untuk berbagi cerita. Namun, lambat laun Martha dan teman-teman menyadari bahwa mereka bisa melakukan hal yang lebih produktif. Terlebih, saat itu industri teknologi tengah ramai dengan penggunaan Blackberry dan Facebook.

“Lama-lama kita berpikir, ini ada Blackberry, ini ada Facebook yang lagi booming. Kita sadar pemanfaatannya belum maksimal, cuma dipakai untuk komunikasi,” kata Martha.

Rutin Bertukar Pikiran Tiap Pekan

Berawal dari pemikiran tersebut, Martha dan rekannya akhirnya mengubah sesi hang out tiap Jumat menjadi ajang untuk bertukar pikiran terkait industri IT. Setiap pekannya, mereka mengundang tamu yang ahli di bidang IT, terutama terkait dengan media sosial dan internet. Dari sinilah Martha mendapat ilmu seputar pemanfaatan internet secara lebih mendalam.

Menyadari besarnya dampak yang bisa diberikan melalui acara tersebut, Martha dan teman-teman memutuskan untuk membentuk komunitas Indonesia Women IT Awareness (IWITA). Mereka rutin mengunggah jadwal acara kumpul melalui Facebook, yang ternyata berhasil membuat nama IWITA semakin dikenal. Bahkan mulai ada pihak-pihak yang bersedia menjadi sponsor untuk IWITA.

“Hampir setiap seminggu sekali kami kumpul, kami posting di media sosial hingga akhirnya terkumpul banyak (anggota). Banyak yang jadi follower kami dan beberapa kegiatan kita mulai ada yang sponsorin,” cerita Martha.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas dan anggota IWITA, Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia pun menggandeng mereka untuk melaksanakan suatu kegiatan. Bersama Kementerian Koperasi dan UKM, IWITA aktif membuat program-program terkait pemberdayaan perempuan di bidang teknologi.

Legalisasi Komunitas IWITA

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait