URstyle

Kisah Kakek 76 Tahun Meninggal Setelah 2 Tahun Berjuang Lawan COVID-19

Priscilla Waworuntu, Sabtu, 17 September 2022 14.58 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Kakek 76 Tahun Meninggal Setelah 2 Tahun Berjuang Lawan COVID-19
Image: Ilustrasi pasien COVID-19. (PIXABAY/Mitrey)

Jakarta - Seorang pasien COVID-19 berventilator yang dirawat selama 850 hari atau hampir 2 tahun meninggal dunia pada usia 76 tahun. Ia adalah Marc Lewitinn, pensiunan yang memiliki sebuah toko di Manhattan, New York City, Amerika Serikat.

Lewitinn adalah penyintas kanker paru-paru dan stroke, hal itu membuatnya tidak dapat berbicara lagi. Para dokter telah memperingatkan bahwa orang tua dengan riwayat medis sepertinya, sangat rentan terinfeksi COVID-19.

Saat pandemi mewabah di seluruh dunia, Lewitinn mengikuti saran dokter untuk tetap berdiam di rumah. Tapi pada 25 Maret 2020, ia pergi ke Starbucks yang cukup ramai. Akhirnya sepulang dari kedai kopi itu, Lewitinn merasa tidak enak badan sampai harus dilarikan ke rumah sakit. 

Letiwinn dibawa putranya, Albert, seorang produser TV ruang gawat darurat di Weill Cornell Medicine di Manhattan. Rumah sakit saat itu dibanjiri pasien dan dokter dengan pakaian hazmat. Saat itu, butuh waktu berjam-jam untuk bisa mendapatkan penanganan dari dokter. 

Setelah akhirnya mendapat penanganan, Lewitinn dinyatakan positif COVID-19 malam itu. Enam hari kemudian, dengan tingkat oksigen yang terus menerus menurun, dokter memutuskan untuk melakukan tindakan intubasi, hal itu menyebabkan dia koma.

Setelah melihat kondisi Lewittin yang terbaring di kasur dengan keadaan koma, pihak rumah sakit memberi kabar kepada keluarganya, kemungkinan besar Lewittin akan meninggal dalam beberapa hari.

"Mereka melangkah keluar dengan iPad untuk menanyakan apakah kami hanya ingin memberinya morfin dan membiarkannya meninggal secara alami," kata Albert Lewitinn dalam email, dilansir dari New York Times. 

“Di grup FaceTime, kami mendesak ayah saya untuk bertarung. Kami tidak mengucapkan selamat tinggal. Kami berkata, 'Teruslah berjuang, Ayah, ayah akan baik-baik saja',” sambung Albert. 

Setelah melawan COVID-19 selama kurang lebih 6 bulan, akhirnya Lewittin sadar dari komanya. Hanya saja, ketika itu ia masih harus menggunakan ventilator untuk mendukung pernapasannya. Lewittin pun akhirnya dipindahkan ke rumah sakit yang lebih dekat dengan rumahnya di New Jersey. 

Setelah 850 hari menggunakan ventilator, pada akhirnya Marc Lewitinn mengembuskan napas terakhirnya, karena serangan jantung pada 23 Juli di Palisades Medical Center di Bergen Utara, N.J pada usia 76 tahun. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Putranya, Albert. 

Meskipun memang tidak ada catatan statistik yang komprehensif untuk berapa lama pasien Covid bertahan hidup dengan ventilasi, tetapi mungkin Lewittin adalah salah satu pasien dengan rekor menggunakan ventilator intubasi terlama, yaitu sebanyak 850 hari.

Sebelumnya, ternyata ada juga pasien penyintas Covid-19 di Alabama yang sempat menjadi berita utama pada tahun 2021 yang menggunakan respirator dan akhirnya bisa sembuh setelah 187 hari. 

“Dia menjalani perjalanan yang panjang dan sulit,” tulis Dr. Abraham Sanders, salah satu dokternya di Weill Cornell, dalam email. “Dia adalah pria yang kuat dan penerima manfaat dari perawatan medis yang canggih,” tambahnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait