URguide

Kisah Korban Gempa Cianjur, Berhasil Selamat dari Reruntuhan Gedung Sekolah

Shelly Lisdya, Kamis, 24 November 2022 09.43 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Korban Gempa Cianjur, Berhasil Selamat dari Reruntuhan Gedung Sekolah
Image: Warga penyintas gempa di tenda pengungsian di Kampung Rawacina, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Cianjur. (Dok. ANTARA)

Cianjur - Kisah penyintas gempa Cianjur membuat semua orang merasakan kesedihan yang dialami. Seperti yang dirasakan oleh Imas Masnguneh (39).

Imas bersama suami dan dua anaknya serta sanak saudara sudah tiga hari tidur di tenda beralaskan terpal di atas tanah bebatuan yang tak rata.

Tak lama air mata Imas menetes tatkala datang seorang relawan dari Bandung. Relawan itu mengatakan, “Musibah itu ujian dari Allah."

Ucapan si relawan tersebut membuat Imas teringat kejadian 1,5 jam terjebak di reruntuhan sekolah Diniyah Hasadah, Kampung Rawacina, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Ia merasakan kebingungan antara takut, pasrah dan ikhlas karena tubuhnya tertimbun reruntuhan. Namun ada rasa syukur menggelayut di hatinya, karena bangunan sekolah dua lantai yang ambruk itu menyisakan ruang kecil untuknya bisa tetap bernafas kendati gelap.

Guncangan gempa yang dahsyat, hingga ia tertimbun dalam bangunan sekolah membuatnya trauma. Sejenak kengerian itu menghampiri pikirannya hingga ia meneteskan air mata.

Di antara timbunan bangunan itu, ketika ia pasrah dengan takdir Allah, Imas melihat selingkaran jari tangan cahaya putih yang memberinya harapan untuk berjuang keluar dari reruntuhan.

Imas yang tadinya sudah pasrah terbaring menunggu kematian, mencoba menggerakan tubuhnya, menggali sedikit demi sedikit puing-puing bangunan menggunakan kedua tangannya dengan penuh hati-hati menuju cahaya terang tersebut.

Lengan tangan kanannya meninggalkan tanda memar biru kehitaman, menunjukkan perjuangannya keluar dari reruntuhan. Imas diselamatkan oleh sang suami Uun Supatoni (42) yang menyadari istrinya tidak kembali ke rumah usai gempa dengan magnitudo 5,6 mengguncang tanah kelahirannya.

“Suami yang menyelamatkan saya, karena belum ada relawan sebanyak ini yang datang waktu itu,” cerita Imas, dikutip dari Antara, Kamis (24/11/2022).

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait