URguide

Kisah Lulusan Terbaik UM Surabaya, Diangkat Jadi Kepsek di Usia 23 Tahun

Shelly Lisdya, Senin, 31 Oktober 2022 10.54 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Lulusan Terbaik UM Surabaya, Diangkat Jadi Kepsek di Usia 23 Tahun
Image: Foto Ibnu Fari Nugroho Wisudawan Terbaik UM Surabaya (Humas UM Surabaya)

Surabaya - Sukses menempuh pendidikan dengan IPK sempurna menjadi harapan banyak mahasiswa. Selain membanggakan kedua orang tua, hal tersebut akan menjadi jalan dalam meniti karier setelah lulus. 

Kisah inspiratif ini datang dari Ibnu Fari Nugroho, mahasiswa asal Kalimantan yang berhasil menjadi wisudawan terbaik program Sarjana Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya dengan IPK 4.0 pada Sabtu (29/10/2022).

Laki-laki yang akrab disapa Ibnu tersebut menjelaskan bahwa ia pernah menargetkan meraih IPK cumlaude, bahkan untuk mencapai hal tersebut dia sering mencari inspirasi di YouTube bagaimana menjadi mahasiswa yang produktif, sehingga mendapatkan IPK cumlaude.

“Bersyukur saya bisa mewujudkannya, tapi untuk mendapatkan IPK sempurna 4.0 saya tidak pernah terpikirkan, karena target saya hanya cumlaude waktu itu,” kata Ibnu, dikutip Urbanasia, Senin (31/10/2022).

Menurutnya ada beberapa tips yang dilakukan, sehingga dia meraih nilai terbaik di antara ribuan mahasiswa yang wisuda tahun ini. Di antaranya aktif berdiskusi saat perkuliahan, fokus, disiplin dan tanggung jawab menjadi kunci Ibnu menyelesaikan studinya secara maksimal.

Ibnu mengambil jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) UM Surabaya. Jika pada umumnya guru PAUD adalah seorang perempuan, rupanya laki-laki yang juga memiliki hobi tari ini mengambil jurusan PAUD karena panggilan hati dan kondisi lingkungan sekitar.

“Jadi kebetulan setelah saya lulus tahun 2018 di depan rumah saya ada TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang jumlah keseluruhan siswa hanya 18, dan semua gurunya belum ada yang sarjana. Semua guru di sana adalah relawan dari PKK,” terang Ibnu.

Menurut penuturannya, di Kelurahan Bereng Bengkel, Kecamatan Sabangau, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah, pada 2018 hanya ada 3 sarjana yang lulus dari jurusan PGSD, dan semuanya bekerja di kota. Sebagai seorang yang aktif Karang Taruna dan menyukai dunia anak-anak, ia berniat hanya membantu mengajar selama 1 bulan saja.

“Ketika saya mau berhenti mengajar setelah 1 bulan, banyak wali murid dari 18 siswa itu meminta saya bertahan untuk mengajar anak-anak, mereka menyebut pembelajaran yang saya berikan selalu menarik dan menyenangkan,” kata Ibnu lagi.

Menurutnya, kesempatan yang ditawarkan kepadanya untuk menjadi seorang guru membuahkan hasil yang disebut keberuntungan. Pada 2018 ia mendapatkan beasiswa unggulan jenis 3T dari Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang direkomendasikan oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah Kalimantan Tengah. Beasiswa tersebut sangat membantunya karena mendapatkan biaya pendidikan secara penuh, biaya hidup dan biaya buku.

“Soal pendidikan orang tua saya sangat support, tapi untuk membiayai kalau tidak dapat beasiswa itu sangat berat karena bapak hanya kerja sebagai nelayan dan ibu hanya bantu jualan ikan, jadi dapat uangnya tidak pasti,” katanya.

Ia mengaku sangat bersyukur diberikan kesempatan menjadi penerima beasiswa unggulan Kemendikbud dari wilayah 3T dan mampu menjadi Sarjana pertama di keluarganya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait