URtrending

Kisah Perjuangan Mahasiswa UB Melawan COVID-19

Nunung Nasikhah, Minggu, 5 April 2020 10.49 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Perjuangan Mahasiswa UB Melawan COVID-19
Image: Simulasi Penanganan Covid-19 di RS Lavalette Kota Malang (ANTARA)

Malang – Pertengahan Maret lalu, warga Kota Malang sempat digegerkan dengan kabar adanya pasien positif coronavirus disease (COVID-19) pertama di wilayah setempat.

Pasien tersebut disebut-sebut merupakan mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB). Kabar tersebut ramai dibicarakan netizen Malang melalui Whatsapp Group hingga media sosial Facebook dan Twitter.

Bahkan beredar juga kabar adanya sterilisasi Gedung Bersama Teknik Industri (GBTI) FT UB. Perkuliahan dan kegiatan mahasiswa di gedung tersebut yang dijadwalkan keesokan harinya juga terpaksa dibatalkan. Begitu pula dengan Ujian Tengah Semester (UTS) yang terpaksa dilakukan secara take home untuk menghindari tatap muka.

Mahasiswa tersebut belakangan diketahui bernama Rhesa Haryo Wicaksono. Hebatnya, sebagai pasien COVID-19 pertama di Kota Malang, Rhesa juga merupakan pasien pertama yang sembuh meski sempat mengalami demam selama dua minggu.

Resha, yang merupakan mahasiswa semester 8 tersebut mengaku tidak mengetahui secara persis bagaimana dirinya bisa terpapar virus corona. Hanya saja, ia mengatakan bahwa seminggu sebelum merasa sakit, ia sempat jalan-jalan di beberapa pusat keramaian di Surabaya.

Awalnya, Resha mengalami kenaikan suhu tubuh yang cukup tinggi. Saat itu, ia mengira bahwa dirinya hanya demam biasa. Tak kepikiran bahwa dirinya telah terjangkit virus corona.

"Akhirnya saya kasih Paracetamol. Ternyata panasnya nggak turun-turun sampai dua minggu," kata Rhesa.

Karena suhu tubuhnya tak kunjung turun, Rhesa kemudian memutuskan untuk ke dokter. Ia juga merasakan adanya radang tenggorokan.

Dokter yang memeriksanya saat ini mendiagnosis malaria atau tipes. Namun setelah melalui pengecekan lebih lanjut, ternyata hasilnya negatif. Rhesa kemudian diberi antibiotik dan paracetamol yang lebih kuat. Namun, keadaannya tak juga membaik.

Alhasil, mahasiswa Jurusan Teknik Industri tersebut kembali mengunjungi dokter dan ia diminta untuk melakukan rontgen. Dari situlah mulai ketahuan. Hasil rontgen tersebut menunjukkan adanya flek pada paru-paru.

Resha kemudian diwajibkan untuk opname. Resha mengatakan, di hari kedua opname, dirinya mulai dipakaikan masker oksigen. Selanjutnya di hari ketiga, Resha mendapatkan kabar bahwa berdasarkan hasil rontgen, seluruh paru-parunya telah dipenuhi oleh flek. Ia kemudian segera dilarikan ke ICU.

"Pertama di rumah sakit Panti Nirmala. Masuk ICU sehari, habis itu baru dirujuk ke Rumah Sakit Saiful Anwar," kata Resha.

Setelah menjalani perawatan satu malam di Rumah Sakit Saiful Anwar, Resha kemudian dipindah ke ruang isolasi. Saat itu, ia mengaku belum mengetahui kalau dirinya positif terjangkit virus corona. Ia mengira bahwa dirinya terkena infeksi paru-paru dan pneumonia.

Pihak rumah sakit, kata Resha, tidak memberitahu bahwa dirinya positif terjangkit virus corona. Begitu pula dengan sang ibu. Meski demikian, Resha yakin bahwa dirinya pasti akan sembuh.

Selama dalam perawatan, Resha dirawat di ruang isolasi selama 11 hari. Selama itu pula Resha mengaku kesepian. Hal tersebut karena pihak keluarga tak diizinkan untuk menemani atau menjenguk.

"Cuma untungnya HP masih boleh masuk. Jadi lumayan masih bisa komunikasi. Sama dari tim perawat dan tim dokter masih ngajak ngobrol juga," tandasnya.

Saat berada di ruang opname, Resha tak lagi mengalami demam tinggi. Hanya saja, ia merasa dadanya terasa sesak saat mencoba berjalan.

"Karena masih pakai kateter nggak bisa berdiri akhirnya nggak kerasa apa-apa. Cuma pas kateter dilepas dan nyoba jalan, memang ngos-ngosan," tuturnya.

Saat sudah sembuh dan melakukan perawatan di rumah, Resha baru diberitahu bahwa dirinya telah positif mengidap COVID-19. Ia juga diminta untuk tetap melakukan isolasi mandiri selama 2 minggu di rumah.

Saat ini, Resha masih menjalani isolasi mandiri. Kondisinya perlahan membaik dan ia sudah bisa beraktivitas dengan normal. Ia bahkan masih bisa melakukan bimbingan skripsi secara online dengan dosennya.
 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait