URguide

Kisah Qomarul Lailah, dari Guru SD Jadi Wasit Olimpiade Tokyo 2020

Deandra Salsabila, Jumat, 13 Agustus 2021 19.34 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Qomarul Lailah, dari Guru SD Jadi Wasit Olimpiade Tokyo 2020
Image: Potret Qomarul Lailah di ajang Olimpiade Tokyo 2020. (Twitter @dispendiksby1)

Jakarta - Seorang guru SDN Sawunggaling 1 Surabaya, Qomarul Lailah berhasil menjadi wasit bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020. Guru yang akrab dipanggil Lia ini merupakan seorang pengajar pelajaran Bahasa Inggris. 

Lia pun membagikan kisahnya lewat sesi URlife bareng Urbanasia, Jumat (13/8/2021). Lia menceritakan jika pada tahun 1998, ia diajak oleh guru olahraga di sekolah dekat rumahnya untuk menjadi hakim garis di pertandingan bulutangkis.

“Dulu sempat jadi guru honorer di sekolah dekat rumah dan ada guru olahraga yang sudah menjadi wasit bulutangkis level provinsi. Di situ beliau ngajak saya untuk nambah uang saku karena tau bahasa inggrisnya lumayan lancar. Awalnya saya bilang mau karena saya pikir mau diajak kaya muridnya mau les private, ternyata jadi hakim garis di pertandingan bulu tangkis,” cerita Lia lewat URlife, Jumat (13/8/2021).

Pada saat itu, Lia mengaku tidak mengerti mengenai peraturan bulutangkis. Namun, sejak mendapatkan tawaran tersebut, ia mencoba untuk menekuni bidang bulutangkis. Selain itu, ia juga mulai dikenalkan dengan orang-orang bulutangkis PBSI Surabaya hingga akhirnya sampai saat ini kemampuannya dalam bidang bulutangkis berkembang.

“Di perwasitan bulu tangkis itu ada jenjangnya. Jadi setelah seseorang jadi wasit kabupaten/kota maka akan diikutkan di jenjang provinsi. Setelah itu, akan di ranking mana yang berhak dinaikkan di nasional. Di nasional pun ada dua tingkat, yaitu Nasional B dengan bahasa indonesia dan ada Nasional A, yaitu turnamen bahasa Inggris yang masih ada di Indonesia,” jelas Lia ketika berbagi perjuangannya dalam bidang bulutangkis.

“Setelah itu diperingkat mana yang harus dikirim dulu untuk ke jenjang badminton asia. Di asia juga ada 2 tingkat, yaitu Badminton Asia Accredited Umpires dan yang di atasnya ada Badminton Asia Certificated Umpires. Nah, yang udah certificated ini berhak naik ke jenjang BWF (Badminton World Federation),” lanjutnya.

Ketika ditanya mengapa Lia berhasil menjadi wasit dalam Olimpiade Tokyo, ia menjadwat jika syarat utamanya adalah harus memegang lisensi sertifikat BWF. Lalu, syarat lainnya adalah BWF yang menentukan.

“Jadi dari Asia mengajukan nama-nama wasitnya. Lalu BWF akan memilih dan menyurati federasi masing-masing negara,” jawab Lia.

Ketika terpilih menjadi wasit, Lia merasa kaget. Menjadi wasit di ajang olahraga terbesar seperti Olimpiade merupakan kesempatan yang jarang baginya.

“Kalau olimpiade ini top of the top turnamen, event tertinggi di dunia jadi saya yakin ini jadi impian semua juri atau wasit pengen memimpin di turnamen sekelas olimpiade,” ujar Lia.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait