URguide

Kisah Sukses Richard Branson, Raja Bisnis Inggris Pendiri Virgin Group

Suci Nabila Azzahra, Selasa, 20 Desember 2022 15.23 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Sukses Richard Branson, Raja Bisnis Inggris Pendiri Virgin Group
Image: Richard Banson (Twitter @richardbanson)

Jakarta - Sir Richard Charles Nicholas Branson atau lebih dikenal Richard Branson merupakan seorang industrialis asal Inggris. Dia dikenal karena telah mendirikan 360 perusahaan di bawah bendera Virgin Group.

Branson lahir di Surrey, Inggris, pada 18 Juli 1950. Ayahnya merupakan seorang penyaji kopi di restoran atau Barista bernama James Branson. Sementara ibunya adalah pramugari bernama Eve Branson.

Richard kecil mengalami gangguan disleksia. Dia mengalami masa sulit ketika menempuh pendidikan. Dia hampir saja gagal lulus dari lembaga pendidikan Scaitcliffe School ketika berumur 13 tahun. Akhirnya dipindahkan ke Stowe School di Buckinghamshire.

Branson salah satu orang tak beruntung di bidang pendidikan. Dia dropout dari sekolah ketika berusia 16 tahun. Kegagalan itu tidak menyurutkan langkah dia membangun jaringan bisnis.

Meski demikian, Branson sukses mendirikan bisnis pertama pada usia 16 tahun. Saat itu dia memproduksi majalah remaja bernama Student. Tepatnya pada 1966.

Produk itu mampu meraup untung dari iklan sebesar US$ 8 ribu atau sekitar Rp 124,8 juta. Uang tersebut digunakan untuk membagikan 50.000 eksemplar secara gratis.

Sekitar 1969, Branson hidup bersama sebuah komunitas kota London. Saat itu dia akrab dengan musik dan obat-obatan terlarang.

Namun hal tersebut tidak membawanya jatuh ke hal negatif. Dia mencetuskan ide mendirikan bisnis audio record mail-order bernama Virgin. Awalnya, ditujukan guna mendukung bisnis majalah.

Artis pertama ditangani Virgin Records adalah Mike Oldfield dengan single berjudul 'Tubular Bells' pada 1973.

Penyanyi tersebut mendapat sambutan cukup hangat karena mampu bertahan di tangga lagu Inggris selama 247 minggu.

Tak ingin sia-siakan kesempatan, Branson kemudian menggawangi beberapa grup musik asal Inggris, seperti Sex Pistol dan Culture Club.

Perusahaan ini ternyata berkembang cukup baik, hingga akhirnya pria ini mampu mengekspansi usaha. Pada 1972 dia membuka ritel toko kaset serta perusahaan rekaman.

Sukses di industri hiburan tidak membuat Branson puas. Pada 1980 dia mencoba mengembangkan bisnis dengan membangun agen perjalanan bernama Voyager Group.

Selanjutnya pada 1984 Branson mengekspansi usaha dengan membuka perusahaan penerbangan bernama Virgin Atlantik.

Grafik bisnis Branson tak selalu naik. Pada 1992 dia hampir mengalami kebangkrutan. Bisnis penerbangan tersebut dijual ke THORN EMI dengan nilai transaksi sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun.

Kegagalan tersebut tak menyurutkan jiwa bisnis Branson. Dia memutuskan tetap berada dalam lingkungan bisnis musik dengan membangun the Station Virgin Radio.

Bisnis tersebut diikuti terbentuknya perusahaan rekaman kedua bernama V2. Beberapa artis yang dilahirkannya adalah Powder Finger dan Tom Jones.

Grup Virgin kini memiliki hampir 200 cabang di lebih dari 30 negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Australia, Asia, Eropa, dan Afrika Selatan. Bisnis awalnya kecil berhasil masuk ke berbagai ranah, mulai dari transportasi hingga teknologi.

Bahkan, beberapa tahun lalu pria ini sempat mencuri perhatian masyarakat dunia dengan mengumumkan keterlibatannya dalam misi perjalanan wisata ke luar angkasa lewat proyek bernama Virgin Galactic.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait