URguide

Cerita Shafiy, Wisudawan Termuda ITS yang Lulus Sarjana di Usia 19 Tahun

Suci Nabila Azzahra, Kamis, 29 September 2022 10.20 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Cerita Shafiy, Wisudawan Termuda ITS yang Lulus Sarjana di Usia 19 Tahun
Image: Shafiy Putra Angkasa (website resmi ITS)

Jakarta - Pada usia 19 tahun 10 bulan, Naufal Shafiy Putra Angkasa sudah meraih gelar sarjana Teknik di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Lulusan termuda dari Departemen Teknik Kelautan ini diwisuda pada Sabtu (24/9/2022) kemarin.

Menyelesaikan kuliah di usia muda merupakan keistimewaan tersendiri bagi pria yang akrab disapa Syafiy ini. Pilihan studi S1 ​​Arsitektur Angkatan Laut dan Perkapalan ITS merupakan wujud ketertarikannya pada konstruksi kapal. Selain itu, ia memiliki misi untuk berkontribusi pada sektor maritim Indonesia yang masih tertinggal dari negara lain.

Menurut alumnus SMAN 2 Sidoarjo ini, laut Indonesia masih tercemar berat oleh sampah plastik yang tidak dapat diolah, sehingga merusak ekosistem laut.

Untuk itulah, Shafiy memilih topik Tugas Akhir berjudul 'Analisis Teknis dan Ekonomis Metode Penyambungan Plastik Daur Ulang'. Dalam penelitiannya, Shafiy menggunakan sistem perekatan dan anyaman plastik untuk kulit lambung kapal.

Selama kuliah, Syafiy mengaku tidak pernah kesulitan bergaul dan berkomunikasi dengan teman-teman sekelasnya. Meski terpaut usia yang cukup jauh, ia mampu beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik.

“Solidaritas yang tinggi dari teman-teman Teknik Kelautan semakin terasah saat regenerasi, usia bukan batasan, bahkan sudah seperti keluarga,” jelas pria asal Sidoarjo ini yang dikutip Urbanasia dari laman resmi ITS, Kamis (29/9/2022). 

Sebagai lulusan termuda, Shafiy kerap menemui kerikil kecil dalam perjalanannya meraih gelar sarjana. Sebab usianya yang masih muda dan statusnya sebagai mahasiswa, ia sering merasakan ketidakstabilan emosi. Hal ini wajar karena dia masih remaja.

Shafiy bersyukur memiliki keluarga dan teman-teman yang mendukung, sehingga membantunya mengatasi hambatan kecil selama kuliah.

Semasa menjadi mahasiswa, Syafiy tidak begitu saja menelan ilmu yang diberikan oleh dosennya. Usai kuliah, ia membaca kembali materi yang diberikan sebagai wawasan baru tentang masa depan.

Tak hanya itu, Syafiy juga terlibat dalam proyek penelitian Baito Deling. Di sini ia belajar proses pembuatan perahu dengan bambu laminasi.

“Biasanya perahu terbuat dari aluminium dan kayu, tapi saya tertarik bergabung dengan Baito Deling karena mereka membuat perahu dari bambu,” ujar Syafiy.

Menurutnya, mahasiswa seharusnya tidak hanya fokus pada bidang akademik tetapi juga pada pengalaman non-akademik. Oleh karena itu, Syafiy juga aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan (HIMATEKPAL), di mana ia menjadi staf divisi pengembangan sumber daya manusia (PSDM) dan tahun berikutnya menjadi ketua divisi PSDM.

Pada tahun ketiganya, ia menjadi pemasar digital untuk Baito Deling dan belajar manajemen proyek. Ilmu yang didapat selama di Baito Deling membuatnya bersyukur karena bisa bermanfaat untuk jenjang kariernya nanti.

Ia memiliki prinsip bahwa belajar tidak mengenal waktu dan usia. Untuk adik-adiknya, Syafiy juga berpesan, tidak ada kata berhenti dalam mencari ilmu.

“Jadilah manusia yang berguna bagi orang-orang di sekitar kita, sehingga berdampak positif bagi kita juga,” pungkas wisudawan termuda ITS ke-126 itu.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait