URnews

Korea Utara Minta Bantuan Rusia dan Cina Atasi COVID-19

William Ciputra, Rabu, 18 Mei 2022 20.01 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Korea Utara Minta Bantuan Rusia dan Cina Atasi COVID-19
Image: istimewa

Jakarta - Pemerintah Korea Utara dilaporkan meminta bantuan Cina dan Rusia untuk mengatasi krisis COVID-19 yang mulai mengancam di negeri itu. COVID-19 disebut-sebut akan menjadi ancaman kesehatan terburuk bagi Pyongyang. 

Meski demikian, sikap Korut meminta bantuan kepada Cina dan Rusia tergolong aneh. Pasalnya, negara yang dipimpin Kim Jong Un itu sebelumnya menolak bantuan yang ditawarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan tetangganya, Korea Selatan. 

Melansir Korea Times, permintaan bantuan oleh Korea Utara kepada Cina dan Rusia itu pun dilakukan secara diam-diam. 

Namun, berdasarkan laporan dari saluran televisi Korea Selatan, YTN, Cina menyatakan kesediaannya untuk membantu Pyongyang. 

Cina bahkan dilaporkan sudah siap mengirimkan dokter, perawat, hingga pasokan medis lain dalam jumlah besar ke Korea Utara. Hal ini dikuatkan dengan laporan adanya pengiriman pasokan dari Cina menggunakan tiga pesawat kargo besar Air Koryo. 

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia sendiri juga menyatakan telah bertemu dengan Duta Besar Korea Utara di Moskow. 

Dalam pertemuan itu dibahas sejumlah persoalan, termasuk bagaimana merespons ancaman COVID-19 di Korea Utara. Namun, pihak Kementerian tidak mengungkap secara detail pembicaraannya. 

Kim Jong Un Tak Puas

Sementara itu, Kim Jong Un disebut-sebut tidak puas dengan penanganan pandemi COVID-19 di negaranya. Ketidakpuasan itu berujung pada teguran terhadap pejabat bidang kesehatan di negara itu. 

Pada Rabu (18/5/2022), Korea Utara melaporkan adanya 232.880 kasus ‘demam’ dan 6 kasus kematian baru. Dengan tambahan ini, maka total kasus di sana mencapai lebih dari 1,72 juta dengan 62 kematian, serta 691.170 orang diisolasi. 

Di sisi lain, gelombang COVID-19 di Korea Utara dikhawatirkan menimbulkan varian virus baru. Kekhawatiran ini salah satunya disampaikan pejabat senior WHO.

"Tentu saja mengkhawatirkan jika negara-negara ... tidak menggunakan alat yang sekarang tersedia," ungkap Direktur Kedaruratan WHO, Mike Ryan mengutip laman Reuters, Rabu (18/5/2022).

Lebih lanjut, Mike menekankan ungkapan WHO terkait risiko varian baru. "WHO telah berulang kali mengatakan bahwa di mana Anda memiliki penularan yang tidak terkendali, selalu ada risiko varian baru yang lebih tinggi muncul," tuturnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait