URtrending

Kritik Pedas Fotografer untuk Anji yang Komentari Foto Korban COVID-19

Griska Laras, Senin, 20 Juli 2020 09.31 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kritik Pedas Fotografer untuk Anji yang Komentari Foto Korban COVID-19
Image: Anji (Istimewa)

Jakarta -- Musisi Anji Manji menuai kritikan pedas usai mengomentari foto jenazah pasien COVID-19 yang dibungkus plastik. Anji menilai ada banyak kejanggalan di balik viralnya foto karya Joshua Irwandi ini.

“Tiba-tiba secara berbarengan foto ini diunggah oleh banyak akun-akun ber-follower besar, dengan caption seragam,” tulis Anji di akun Instagram pribadinya.

Menanggapi komentar Anji, seorang fotografer Nyimas Laula angkat bicara. Dia mencoba meluruskan komentar Anji yang dinilai nyinyir terhadap pewarta foto. Melalui akun Twitter pribadinya, Nyimas Laula menjelaskan prosedur seorang jurnalis fotografi dalam mengabadikan berita wabah COVID-19.

"Buat ngimbangin narasi cocoklogi murahan berdasarkan katanya katanya, tapi udah berani bikin asumsi gak berdasar fakta, gw mau share perspektif dari fotografer/jurnalis, GIMANA sebenernya proses liputan wabah COVID-19," cuitnya, Minggu (19/7/20).

Nyimas lalu menjelaskan bagaimana foto jenazah pasien COVID-19 berbalut plastik tersebut viral. Menurutnya, foto tersebut fenomenal karena belum pernah ada yang mengambil foto serupa secara global. Karena itulah, banyak fotografer lain yang membagikan foto tersebut di berbagai platform sosial media.

"Saat foto ini diupload di kanal pribadi Josh, byk kolega fotografer yg share karyanya dia. Kemudian mulai cross platform di twitter @AdibHidayat  yg easily gain puluhan ribu likes dan RT. Ini domino effect yg udah jelas terjadi secara natural, bukan ala2 buzzer giveway hashtag," papar Nyimas.

Nyimas juga menyoroti komentar Anji perihal keaslian foto tersebut, mengingat keluarga tidak boleh bertemu dengan pasien COVID-19. Menurutnya, Anji  tidak tahu soal prosedur fotografer jurnalis di seluruh dunia dalam mengabadikan penanganan wabah di rumah sakit.  

"Kita masuk ke poin kedua @duniamanji yang paling absurd. Apa Anji gak pernah lihat coverage COVID19 lain dari dalam rumah sakit/kamar pasien? Jangan2 selama ini kelamaan hidup di dunia imajinasi, lupa liat realita. Saya bantu ingatkan, biar napak tanah dikit".

"Kalo @duniamanji gak tau, perwarta foto kaya kami2 ini jg frontline workers seperti para nakes, bedanya tugas kami menyampaikan informasi kepada masyarakat ttg apa yg sebenarnya terjadi. Kami juga megang kode ETIK jurnalistik, apalagi untuk pub besar spt NG, kode etik sgt ketat," jelasnya sambil menyertakan beberapa foto saat fotografer mendokumentasikan wabah COVID-19 dari ruang pasien, bahkan hingga lab uji COVID-19 yang tergolong highly contagious.

Nyimas menambahkan, fotografer harus meminta izin pihak terkait dan menggunakan APD lengkap saat melakukan pengambilan gambar pasien COVID-19.

"Terus @duniamanji msh heran, kok keluarga yg gak boleh masuk, tp fotografer blh masuk. Di sini ada yg namanya PERIZINAN. Dlm perizinan, dijelaskan maksud tujuan peliputan, siapa yg menugaskan. Gak bisa ujug2 masuk RS seenak udel motret. Di sini jg hak RS mau kasih izin/tidak".

"Beberapa publikasi mengharuskan fotografer meminta subyek/property/location release sebagai bukti consent yg sah bahwa fotog telah meminta izin pd pihak terkait. Kerjaan kaya gini perlu dedikasi, gak segampang @duniamanji bikin postingan narasi yang gak berdasar fakta apapun," bebernya.

Menurut Nyimas sangat tidak mungkin sebuah foto dalam peliputan wabah direkayasa, sebab kode etik foto jurnalisme paling dasar adalah kejujuran. Jangankan merekayasa, mengarahkan subjek ataupun memindahkan barang untuk mempercantik foto pun tidak diizinkan.

"Hal paling basic dari kode etik tsb adalah JUJUR. Ngarahin subjek foto itu gak boleh, mindahin botol aqua krn ganggu frame aja GAK BOLEH. Apalagi bikin settingan. Lo kate liputan wabah kayak fotosyut fesyen? @duniamanji".

"Untuk publikasi spt NG, TRANSPARANSI juga penting. SEMUA foto yang diambil oleh fotog selama penugasan, HARUS dikirim untuk dicek oleh editor. Di sini memperkecil kemungkinan untuk merekayasa sesuatu. Kalo memang ada rekayasa, di contact sheet pasti keliatan," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait