URnews

Kucurkan Rp 10 Triliun, Singapura Resmi Gunakan Vaksin Pfizer

Eronika Dwi, Selasa, 15 Desember 2020 19.05 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kucurkan Rp 10 Triliun, Singapura Resmi Gunakan Vaksin Pfizer
Image: Lee Hsien Loong. (YouTube Kanal CNA)

Jakarta - Singapura telah menyetujui penggunaan vaksin virus corona (COVID-19) Pfizer Inc dan BioNTech SE, dan memperkirakan pengiriman pertama pada akhir Desember ini.

Bertepatan dengan rencana Singapura untuk memasuki fase terakhir dari pengendalian virus COVID-19 di negaranya.

Singapura telah menghabiskan lebih dari S$ 1 miliar (dollar Singapura) atau setara dengan Rp 10, 6 triliun untuk vaksin tersebut.

"Kami telah mempertaruhkan banyak dana untuk menandatangani perjanjian pembelian di muka dan membayar uang muka lebih awal demi kandidat (vaksin) yang paling menjanjikan termasuk Moderna, Sinovac, dan Pfizer/BioNTech," kata Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, dikutip dari Bloomberg, Selasa (15/12/2020).

Dengan begitu, Singapura akan menjadi salah satu negara pertama yang mendapatkan vaksin Pfizer/BioNTech, bersamaan dengan Inggris dan Kanada.

Lee mengatakan bahwa prioritas pertama vaksin COVID-19 akan diberikan kepada mereka yang berada pada risiko terbesar, seperti tenaga kesehatan, aparat garis depan, serta orang-orang lanjut usia (lansia) yang rentan terpapar virus.

Pemerintah Singapura juga telah menerima rekomendasi dari komite dokter dan ahli untuk memvaksinasi seluruh orang dewasa, meskipun hal ini harus dilakukan secara sukarela.

Vaksinasi tersebut akan diberikan secara gratis untuk semua warga Singapura, dan penduduk yang menetap di Singapura dalam jangka panjang.

Aturan vaksinasi yang diajukan oleh Pfizer/BioNTech mengharuskan dua dosis vaksin diberikan dengan selang waktu 21 hari pada individu berusia 16 tahun ke atas.

Menurut pernyataan dari Otoritas Ilmu Kesehatan, wanita hamil, orang dengan gangguan kekebalan tubuh, dan mereka yang berusia di bawah 16 tahun sebaiknya tidak menerima vaksin ini.

Hal itu karena data keamanan dan kemanjuran vaksin terhadap orang-orang dengan kategori tersebut belum tersedia.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait