URtrending

Mahasiswa Curhat Idap Penyakit Spinal Muscular Atrophy, Apa Itu?

Shelly Lisdya, Senin, 5 September 2022 09.25 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mahasiswa Curhat Idap Penyakit Spinal Muscular Atrophy, Apa Itu?
Image: Penyakit Spinal Muscular Athrophy

Jakarta - Seorang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta bercerita tentang kondisi kesehatannya yang menurun akibat penyakit yang ia derita. Padahal, saat ini ia masuk semester 5 dan akan segera lulus dalam beberapa waktu.

Hal tersebut ia ungkapkan melalui akun TikTok pribadinya @ober0n_. Dalam video yang ia unggah, ia memperlihatkan kondisinya yang terkena Spinal Muscular Atrophy sembari menangis.

"Kuliah di UAD udah mau semester 5 eh kena Spinal Muscular Atrophy gila bgt takdir gue," tulisnya dalam video itu, dikutip Urbanasia, Senin (5/9/22). "Ga tau lagi mana yang nguliahin mama," ungkapnya dalam caption.

Kondisi mahasiswa tersebut menuai simpati netizen yang membanjiri kolom komentar. Mereka memberikan semangat agar mahasiswa tersebut tak patah semangat berjuang mengatasi penyakitnya.

Menanggapi cerita ini, dokter Farhan Zubedi dalam akun Tiktok-nya @farhanzubedi pun menjelaskan penyakit Spinal Muscular Atrophy.

@ober0n_

gak tau lagi mana yang nguliahin mama😭

♬ suara asli - Sadvibes🥀

Dokter Farhan menjelaskan, Spinal Muscular Atrophy (SMA) adalah sebuah penyakit yang ditandai oleh pelemahan otot. Penyakit ini bisa muncul sejak bayi baru lahir atau bisa juga baru muncul pada saat usia sudah dewasa. 

Penyebabnya karena defisiensi atau kekurangan protein SMN (Survival of Motor Neuron), protein yang sangat penting untuk fungsi saraf untuk mengontrol otot.  

"Kondisi ini menyebabkan otot melemah dan mengganggu fungsi pergerakan, contoh seperti di tangan atau kaki misalnya kesulitan duduk, berdiri, kadang juga tremor, kesulitan menelan dan bernafas hingga skoliosis," ujarnya.

Namun, dokter Farhan Zubedi juga mengatakan bahwa penderita SMA tetap bisa melanjutkan pendidikan. 

"SMA tidak mempengaruhi intelegensi atau kemampuan belajar," lanjutnya.

Sementara di Indonesia, kejadiannya cukup langka dengan perbandingan di antara 1 dari 6.000 bayi yang lahir hidup hingga 1 dari 10.000 bayi itu menderita SMA.

"Kejadian ini sangat langka 1 banding 6.000 sampai 10.000. Penyebabnya dikarenakan genetik atau keturunan, tidak ada pengobatan dan hanya perawatan untuk kesembuhan," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait