URnews

Mahasiswa ITS Kembangkan HUST, Teknologi Sensor Bawah Laut Pendeteksi Gempa

Nivita Saldyni, Selasa, 6 Oktober 2020 14.56 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mahasiswa ITS Kembangkan HUST, Teknologi Sensor Bawah Laut Pendeteksi Gempa
Image: Kampus ITS Surabaya. (dok. ITS)

Surabaya - Kabar membanggakan kembali datang dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Kali ini, lima mahasiswa ITS berhasil menggagas Humanless Underwater Sensors Technology (HUST), teknologi sensor bawah laut yang diaplikasikan pada perairan perbatasan Indonesia.

Mereka adalah Wildan Muhammad Mursyid, Ghifari Hanif Mustofa, Ahmad Fahmi Prakoso, Edo Danilyan, dan Aldiansyah Wahfiudin.

Wildan Muhammad Mursyid, ketua tim HUST mengatakan ide pembuatan alat ini muncul karena masih banyaknya kasus illegal fishing yang terjadi di perairan Indonesia. Hal ini tentu berdampak buruk bagi perekonomian kita. Apalagi kalau dibiarkan, kasus ini bisa menyebabkan biomassa ikan di perairan Indonesia juga cepat menurun.

Oleh karena itu, muncullah ide membuat mengembangkan teknologi sensor bawah laut yang diaplikasikan di daerah perairan perbatasan Indonesia. Nah, untuk itulah HUST berfungsi sebagai pendeteksi masuknya kapal-kapal yang dicurigai melakukan illegal fishing.

Selain itu, alat ini juga berfungsi sebagai sensor dan pendeteksi gempa di bawah laut loh guys."HUST juga dapat digunakan untuk mendeteksi bencana laut seperti gempa laut dan tsunami," kata Wildan, Selasa (6/10/2020).

1601970598-HUST.jpegPrototype HUST. (Humas ITS)

Nah hal ini dijelaskan lewat beberapa mekanisme sensor yang terpasang di dalamnya. Mulai dari sensor gempa untuk mendeteksi getaran dasar laut, sensor logam untuk mendeteksi kapal yang mendekat, dan sensor ID untuk mendeteksi Transmitter ID yang sudah memiliki izin penangkapan ikan di wilayah perbatasan.

"Ketiga sensor tersebut memiliki peran masing-masing dalam penggunaanya," imbuh Wildan.

Dalam praktiknya, HUST bisa digunakan untuk mendeteksi di empat kondisi loh. Mulai dari kondisi normal, terdeteksi getaran, terdeteksi kapal berizin, dan terdeteksi kapal ilegal.

Setelah terdeteksi, maka data yang tertangkap oleh sendor HUST akan dikirimkan ke posko pemantauan melalui transmitter signal. Kemudian, data akan diolah dan divalidasi menggunakan citra satelit pada daerah koordinat deteksi.

"Posko ini akan menindaklanjuti data yang tervalidasi oleh deteksi getaran dan deteksi kapal ilegal. Posko tersebut mengirimkan personel untuk menindak tegas kapal yang memasuki perairan Indonesia tanpa izin resmi," jelasnya.

Jika sensor getaran yang tertangkap, maka posko akan mengirimkan pemberitahuan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk segera dianalisa kemungkinan timbulnya tsunami saat tervalidasi deteksi getaran. Keren ya!

"Oleh karena itu, HUST diharapkan dapat menjadi sarana dalam peletakan sensor deteksi (seismic network) di wilayah perairan, sehingga dapat meningkatkan akurasi sistem deteksi yang sudah ada," pungkasnya.

Ia pun berharap, HUST bisa menjadi rekomendasi teknologi untuk pemerintah dalam menanggulangi permasalahan illegal fishing dan meningkatkan sistem pendeteksi bencana di Indonesia.

"Dengan manfaatnya yang besar bagi Indonesia, saya berharap agar ide kami bisa terealisasikan," harapnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait