URnews

Mendagri Launching Gerakan 26 Juta Masker Se-Jatim di Malang

Nunung Nasikhah, Jumat, 7 Agustus 2020 18.00 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mendagri Launching Gerakan 26 Juta Masker Se-Jatim di Malang
Image: Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian. (Dok. Kemendagri)

Malang – Gerakan 26 Juta Masker se-Provinsi Jawa Timur baru saja dilaunching oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian di Pendopo Agung, Kabupaten Malang pada Jumat (7/08/2020).

Launching Gerakan 26 Juta Masker se-Provinsi Jawa Timur tersebut, menurut Tito, sebagai bentuk penghargaan kepada pemerintah daerah atas upaya dan niat baik dalam menekan penyebaran COVID-19.

Tito menambahkan, hal tersebut juga dianggap sebagai salah satu program yang efektif dalam pencegahan penularan COVID-19.

“Nah oleh karena itu masker ini akan sangat efektif, kemarin saya di Indramayu juga melakukan launching yang sama yaitu 2,5 juta masker,” ungkap Tito.

Sebelum di Malang, launching kampanye bagi maskerjuga digelar di di Kabupaten Gowa dengan gerakan sejuta masker pada tanggal 8 Juli lalu.

Disusul Gerakan Bagi Masker 2,5 juta di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 5 Agustus, dan Gerakan Bagi Masker 2,5 juta di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu pada tanggal 6 Agustus.

Tito juga sebelumnya melontarkan ‘tantangan’ kepada para kepala daerah, apabila ada daerah yang bisa melakukan gerakan sejuta masker, maka Mendagri akan hadir secara langsung.

Pria yang pernah menjabat sebagai Kapolri tersebut mengakui, awalnya memang ada kesulitan karena ini merupakan pandemi terbesar yang pernah ada diseluruh dunia.

Namun, perlahan dengan antusias dan kerjasama antar Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat akan konsep mengatasi penularannya, Ia berharap situasi akan semakin membaik.

“Karena itulah atas perintah Bapak Presiden juga, kita langkah pertamanya adalah membagi masker, membagi masker adalah langkah yang soft, simpatik kepada masyarakat,” tuturnya.

Ia juga terus mengajak semua pihak untuk bergotong-royong dalam membagikan masker dan mensosialisasikan protokol kesehatan.

“Kita harapkan membaginya tidak hanya satu sektor, kegotongroyongan itulah yang kita harapkan. Kegotongroyongan pada saat mengumpulkan dan kegotongroyongan pada saat eksekusi membagikan dengan semua jalur yang ada baik struktur formal, Kecamatan, Kelurahan, Desa, RW, RT,” papar Tito.

“Kemudian Satpol PP, TNI, Polisi tetapi jalur-jalur normal juga perlu kita gunakan sesuai dengan local wisdom yang ada disitu seperti yang ada di Bali, itu desa adat kuat. Ada juga Ibu-Ibu Bhayangkari, Ibu-Ibu dari Dharma Wanita, Dharma Pertiwi ya. Disini juga kuat sekali muslimat NU, Pesantren, kenapa tidak?,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait