Mengenal Ajang Mode Dunia Paris Fashion Week

Jakarta - Media sosial lagi ramai nih soal Paris Fashion Week (PFW). Tapi ramainya bukan karena acaranya, melainkan karena brand-brand Indonesia yang katanya tampil di sana.
Yap, ada beberapa brand lokal, seperti brand kecantikan dan kuliner, yang mengatakan mereka mejeng di PFW 2022. Namun menurut pengusaha sekaligus pecinta fesyen, Lucky Heng, tidak mungkin brand yang bukan fesyen itu mejeng di Paris Fashion Week.
Menurutnya, yang akan tampil di Paris Fashion Week pasti hanya brand fesyen saja. Lewat Instagram Story, ia membeberkan kalau brand-brand lokal tersebut bukan mejeng di PFW, melainkan fashion show lain yang acaranya berbarengan dengan penyelenggaraan PFW.
Memang apa sih Paris Fashion Week itu? Kok sampai bikin heboh? Yuk, cari tahu penjelasannya di bawah ini!
Melansir situs resminya, Paris Fashion Week yang ikonik dengan pagelaran teatrikalnya bermula dari seorang desainer Prancis tahun 1850 yang memilih menunjukkan kreasinya sekaligus kepada sekelompok klien masyarakat kelas atas.
Idenya tersebut kemudian diwujudkan oleh Charles Frederick Worth, yang dianggap sebagai pendiri rumah haute couture pertama di Paris. Hal serupa juga dilakukan desainer di London, yaitu oleh Lady Duff-Gordon. Keduanya mengadakan acara yang menggabungkan konsep perdagangan dan sosialisasi. Jadi para tamu diminta datang dengan memakai pakaian terbaik mereka.
Pada abad 20, sekitar tahun 1920-1930an, sudah banyak desainer ternama di Paris, seperti Coco Chanel, Elsa Schiaparelli, hingga Madeleine Vionnet. Namun saat itu justru para perancang menggelar acara secara privat tanpa fotografer karena khawatir akan plagiarisme desain.
Baru pada tahun 1945 dibentuk Chambre Syndicale de la Haute Couture, semacam komisi pengatur yang menentukan rumah desain mode mana yang memenuhi syarat untuk menjadi rumah haute couture sejati sekaligus menangani pembajakan gaya. Chambre Syndicale de la Haute Couture sebenarnya sudah ada sejak tahun 1800-an, namun sebelumnya mengalami beberapa kali pergantian nama.
Baru dengan adanya badan tersebut, para perancang busana asal Prancis mulai memperlihatkan koleksi mereka kepada media. Mengikuti langkah desainer asal Amerika yang sudah melakukannya lebih dulu dan fashionnya sedang berkembang pesat.
Kemudian pada tahun 1973, diadakan acara penggalangan dana untuk renovasi Istana Versailles. Di acara tersebut, lima perancang mode Prancis, yakni Yves Saint Laurent, Emanuel Ungaro, Christian Dior, Pierre Cardin, dan Hubert de Givenchy, berhadapan dengan lima perancang asal Amerika seperti Anne Klein, Halston, Oscar de la Renta, Bill Blass, dan Stephen Burrows, saling mengadu koleksi untuk mengumpulkan dana.