URstyle

Mengenal Aritmia, Gangguan Irama Detak Jantung dan Cara Pengobatannya!

Kintan Lestari, Senin, 11 Januari 2021 18.52 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Aritmia, Gangguan Irama Detak Jantung dan Cara Pengobatannya!
Image: Ilustrasi gangguan jantung. (Freepik/orion_production)

Jakarta - Beberapa orang mungkin tak sadar saat mengalami irama jantung yang tidak normal. Detak jantungnya dapat terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Kondisi gangguan pada jantung tersebut dinamakan aritmia. 

Ketika terjadi aritmia, beberapa orang tidak menyadari kondisi mereka karena gejalanya tidak spesifik, guys. Namun, pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke, bahkan kematian jantung mendadak loh.

Dokter Jantung di RS Brawijaya dr Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K) mengatakan aritmia dapat disebabkan karena hipertensi, diabetes, kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner. Pada beberapa kasus penyebabnya belum diketahui. 

“Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan dan penyalahgunaan NAPZA,” ujar dr Sunu seperti dikutip dari siaran pers Heartology Cardiovascular Center, Senin (11/1/2021).

Ada beberapa jenis aritmia yang sering dijumpai di antaranya Fibrilasi atrium (FA), yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, lalu Blok nodus sinus atau blok atrioventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat.

Selain itu guys, ada pula Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat dan teratur, Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut normal  dan Ventrikel takikardia/fibrilasi, yaitu kondisi ketika bilik jantung berdenyut sangat cepat bahkan hanya bergetar. 

dr Sunu mengatakan, dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Sayangnya efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat. 

Selain itu, obat-obatan anti aritmia juga sering memiliki efek yang tidak diharapkan dan mempunyai interaksi dengan obat-obatan lainnya. 

Namun, pada beberapa dekade terakhir, banyak pasien yang menderita aritmia lebih memilih untuk menjalani tindakan ablasi, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan pasien bisa bebas obat. 

“Tindakan ini merupakan tindakan intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang dapat digunakan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang,” sambungnya.

Di Heartology Cardiovascular Center, dr Sunu juga melakukan tindakan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system pada seorang pasien laki-laki berusia 70 tahun. Pasien ini menderita gangguan aritmia FA.

FA adalah gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan di dunia. Di Indonesia, saat ini, FA diperkirakan diderita oleh lebih dari 2 juta orang. Fibrilasi Atrium merupakan salah satu jenis aritmia yang kompleks. Sumber aritmia utama berasal dari ke- empat vena pulmona.

“Penderita FA memiliki risiko stroke sampai 5x lipat lebih tinggi dibanding pasien yang bukan FA. Selain itu, derajat keparahan stroke nya juga lebih tinggi,” ujarnya.

Teknologi HD Grid 3D Mapping system yang digunakan di Heartology Cardiovascular Center memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, termasuk FA. Paradigma lama menggunakan kateter bipolar, sedangkan HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga bisa mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar. 

Selain itu, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. 

Hal ini dibuktikan dengan bukti klinis yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi ini mampu menurunkan tingkat kekambuhan menjadi hanya sekitar 5-10% setahun pascatindakan (artinya 5-6x lipat lebih baik dibanding teknologi yang lama) (referensi 3-6).

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait