URtech

Mengenal Black Box yang Dicari saat Kecelakaan Pesawat

Afid Ahman, Rabu, 13 Januari 2021 08.13 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Black Box yang Dicari saat Kecelakaan Pesawat
Image: Kotak hitam Sriwijaya Air SJ 182 berhasil ditemukan, Selasa (12/1). (Instagram @knkt_ri)

Jakarta - Setiap terjadi kecelakan pesawat, ada satu benda yang paling dicari. Black Box, apa itu?

Dalam dunia aviasi, Black Box adalah electronic flight data recorder atau perekam data penerbangan elektronik. Alat ini ditemukan pada tahun 1950-an oleh Dr. David Warren, seorang ilmuwan asal Australia. 

Meski punya nama Black Box yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi kotak hitam, wujudnya tidak sesuai dengan julukannya. Bodinya berwarna oranye.

Warna ini dipilih karena dinilai kontras sehingga diharapkan dapat mudah ditemukan apabila terjadi kecelakaan pesawat, terutama di area yang sulit secara visual.

Bicara fungsinya, Black Box bisa diibaratkan sebagai hard disk. Tapi wujudnya bukan persegi seperti memori penyimpanan di komputer.

Bentuknya berupa silinder yang dipasang pada dua bagian logam besar, mirip kompresor udara. Dua loga besar terdiri dari perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR). 

Perangkat FDR mencatat hal-hal seperti kecepatan udara dan pesawat, ketinggian, gerakan pada sayap pesawat, pilot otomatis, serta indikator bahan bakar. Sementara CVR merekam percakapan di dek penerbangan dan suara-suara seperti transmisi radio dan alarm otomatis. 

Black Box juga dibekali Underwater Locator Beacon (ULB). Perangkat ini akan aktif setelah perekam bersentuhan dengan air dan bisa mengirimkan sinyal dari kedalaman 14.000 kaki sehingga dapat membantu menemukannya bila jatuh di kedalaman laut.

Karena sangat pentingnya data di dalam Black Box, alat ini dibuat dengan daya tahan yang tinggi.  

Memori penyimpan data dibalut lapisan tipis aluminium dan lapisan insulasi suhu tinggi berukuran 1 inci. Lalu dibungkus lagi dengan baja tahan karat atau kerangka titanium yang tahan korosi dan segala kondisi.

Biasanya sebelum digunakan, Black Box selalu diuji ketahanannya. Rangakaian uji yang dilakukan meliputi ketahanan saat dibenturkan ke dinding beton dengan kecepatan 750 kilometer per jam, mampu menahan beban seberat 2,25 ton setidaknya selama lima menit, tahan berada di susu 1.000 derajat Celcius, tahan tekanan air hingga di kedalaman 6.000 meter.

Black Box biasanya disimpan di ekor pesawat, dengan pertimbangan lebih mungkin selamat dari kecelakaan. Begitu ditemukan, penyelidik akan membawa Black Box ke laboratorium untuk mengunduh data di dalamnya. 

Barulah kemudian dilakukan rekonstruksi ulang semua peristiwa selama penerbangan. Meski terdengar mudah proses tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat, bisa sampai hitungan berbulan-bulan.

Itulah kenapa setelah Black Box Sriwijaya Air SJ182 ditemukan pada Selasa (12/1/2021), kita tidak bisa langsung bisa mengetahui penyebab kenapa pesawat tersebut jatuh. Untuk mengungkap itu butuh proses yang panjang.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait