URstyle

Mengenal ‘Graves Disease Autoimmune’, Penyakit yang Diidap Jedar

Nunung Nasikhah, Senin, 27 Juli 2020 20.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal ‘Graves Disease Autoimmune’, Penyakit yang Diidap Jedar
Image: Jessica Iskandar. (instagram/@inijedar)

Jakarta – Kabar kurang menyenangkan kembali datang dari artis cantik Jessica Iskandar (Jedar). Setelah sebelumnya dikabarkan mengidap penyakit takikardia, Jedar belum lama ini juga divonis menderita ‘graves disease autoimmune’.

Graves disease autoimmune’ sendiri tak begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Melansir informasi dari Mayo Clinic (27/7/2020), graves disease ini merupakan kelainan sistem kekebalan yang menyebabkan produksi hormon tiroid menjadi berlebihan.

Hormon tiroid ini mampu memengaruhi banyak sistem tubuh, sehingga tanda dan gejala graves disease ini bisa beragam.

Menurut Mayo Clinic, meski bisa menyerang siapa saja, penyakit satu ini cenderung lebih banyak menyerang perempuan yang berusia di bawah 40 tahun.

Graves disease ini disebabkan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh yang melawan penyakit. Sistem kekebalan biasanya menghasilkan antibodi yang dirancang untuk menargetkan virus, bakteri, atau zat asing tertentu.

Tanda dan gejala umum penyakit Graves ini ada beragam. Mulai dari menderita kecemasan dan lekas marah, mengalami getaran halus pada tangan atau jari, sensitif terhadap panas dan mengalami peningkatan keringat sehingga kulit seringkali hangat dan lembab.

Selain itu, penderita biasanya mengalami penurunan berat badan, meski kebiasaan makannya normal. Lalu juga mengalami pembesaran kelenjar tiroid (gondok), siklus menstruasi berubah, libido menurun, sering buang air besar, mata menonjol (ophthalmopathy Grave).

Tak hanya itu. Gejala lain juga biasa dirasakan oleh penderita Graves disease ini seperti mudah lelah, kulit menebal dan memerah biasanya di tulang kering atau di bagian atas kaki (dermopathy Graves), detak jantung cepat atau tidak teratur (palpitasi) hingga mengalami gangguan tidur.

Di samping itu, sekitar 30 persen orang dengan Grave disease menunjukkan beberapa tanda dan gejala ophthalmopathy Grave atau mata menonjol.

Dalam ophthalmopathy Graves tersebut, peradangan sistem kekebalan lainnya juga memengaruhi otot dan jaringan lain di sekitar mata.

Alhasil, penderita biasanya mengalami tanda seperti mata yang menonjol, merasakan sensasi berpasir di mata, ada rasa sakit di mata, kelopak mata bengkak, mata memerah, sensitif terhadap cahaya, hingga hilangnya penglihatan.

Selain itu, dalam kasus yang tak biasa, penderita penyakit ini juga mengalami dermopathy Graves, yakni kulit memerah dan menebal pada tulang kering atau bagian atas kaki.

Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit, termasuk riwayat genetik. Faktor risiko yang diketahui, kemungkinan ada gen yang dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan penyakit ini.

Selain itu, perempuan disebut lebih rentan terserang penyakit ini dibandingkan laki-laki. Lalu untuk faktor usia, Graves disease ini lebih sering menyerang mereka yang berusia kurang dari 40 tahun.

Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh lain seperti diabetes tipe 1 atau rheumatoid arthritis, juga memiliki risiko besar terserang Graves disease.

Tak hanya itu. Penyakit ini juga mudah menyerang pada mereka yang menderita stres pikian dan fisiknya. Di samping itu, kehamilan juga dapat meningkatkan risiko kelainan ini, khususnya di kalangan perempuan yang memiliki riwayat genetik Graves disease.

Terakhir, merokok  juga mampu meningkatkan risiko Graves diasease. Perokok yang menderita Graves disease juga berisiko lebih tinggi terkena ophthalmopathy Graves.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait