URnews

Mengenal Istilah Resesi dan Penyebabnya

Kintan Lestari, Jumat, 24 Juli 2020 17.17 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Istilah Resesi dan Penyebabnya
Image: Ilustrasi resesi. (Freepik/pikisuperstar)

Jakarta - Belum lama ini diberitakan beberapa negara mengalami resesi ekonomi, di antaranya Singapura dan Korea Selatan.

Pada 14 Juli lalu, data awal (preliminary) dari MTI memperlihatkan pertumbuhan perekonomian Singapura pada kuartal II 2020 anjlok 41,2 persen dibandingkan dengan sebelumnya.

Sementara kemarin (23/7/2020), di kuartal II-2020 ekonomi Korea Selatan menyusut sebanyak 3,3% pada Juni dibandingkan tiga bulan sebelumnya. 

Penyebab kedua negara tersebut jatuh ke jurang resesi adalah karena pembatasan yang diberlakukan demi mencegah penyebaran lebih lanjut virus corona.

Btw, Urbanreaders paham nggak apa itu resesi? Kalau belum paham, simak ulasannya di bawah ini, ya.

Mengutip Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. 

Menurut para ahli, negara dikatakan mengalami resesi apabila ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto negatif (PDB) negatif, tingkat pengangguran meningkat, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi ukuran pendapatan dan manufaktur untuk periode waktu yang panjang. 

Resesi sendiri dianggap sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, baik dalam siklus bisnis maupun perekonomian sebuah negara.

Pada 1974, ekonom Julius Shiskin mengajukan beberapa aturan praktis untuk mendefinisikan apa itu resesi. 

Definisi dari Shiskin, resesi adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut. Definisi itu yang sampai sekarang masih jadi standar umum apabila membahas arti resesi.

Sementara itu, pengertian resesi menurut Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh ekonomi, yang berlangsung lebih dari beberapa bulan. Penurunan itu biasanya terlihat dalam GDP riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran

NBER sendiri adalah badan yang umumnya diakui sebagai otoritas yang menentukan tanggal mulai dan berakhirnya resesi di AS. 

Definisi NBER lebih fleksibel daripada aturan Shiskin untuk menentukan apa yang dimaksud dengan resesi. 

Untuk yang belum paham contohnya seperti ini: pandemi virus corona yang tengah berlangsung saat ini berpotensi menciptakan resesi berbentuk W. Ekonomi turun seperempat, mulai tumbuh, lalu turun lagi di masa depan. 

Ini bukan resesi menurut pengertian Shiskin, tetapi lebih ke definisi resesi menurut NBER.

Lalu apa yang menyebabkan resesi?

Resesi bisa disebabkan banyak hal, mulai dari goncangan ekonomi yang tiba-tiba hingga dampak dari inflasi yang tidak terkendali. Berikut fenomena-fenomena yang dapat memicu resesi.

1. Guncangan Ekonomi yang Tiba-tiba

Pandemi COVID-19 bisa dibilang menyebabkan guncangan tiba-tiba dalam perekonomian di seluruh dunia. Semua negara 'membatasi diri' dari yang lain, sehingga menyebabkan kerusakan finansial serius.

2. Hutang yang Berlebihan

Kamu atau perusahaanmu meminjam terlalu banyak uang. Hasilnya kamu tidak bisa membayar utangmu atau perusahaanmu. 

Sudah gagal membayar hutang, kamu atau perusahaanmu pun bangkrut sehingga membalikkan kondisi perekonomian.

3. Gelembung Aset 

Apapun yang dilakukan berdasarkan emosi hasilnya tidak baik. Begitu juga dengan investasi. 

Saat kondisi bagus kamu berinvestasi berlebihan di pasar saham atau real estate. Itu akan membentuk gelembung besar. 

Tapi begitu meletus maka akan ada banyak penjualan dadakan. Itulah yang menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi. 

4. Terlalu Banyak Inflasi 

Inflasi adalah tren kenaikan harga yang stabil dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya. 

Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi.

5. Terlalu Banyak Deflasi 

Kalau inflasi yang tak terkendali dapat menciptakan resesi, deflasi bahkan bisa lebih buruk. 

Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga. 

Ketika lingkaran umpan balik deflasi tidak terkendali, orang dan bisnis berhenti belanja, yang merongrong perekonomian.

6. Perubahan Teknologi 

Kemajuan teknologi bagus untuk kedepannya, namun dalam jangka pendek perlu penyesuaian untuk kemajuan tersebut.

Contohnya pada Revolusi Industri yang terjadi pada abad 19. Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit. 

Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Intelligence (AI) dan robot dapat menyebabkan resesi lantaran mereka mampu mengerjakan semua kategori pekerjaan manusia. Bila itu terjadi maka manusia tidak akan bekerja.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait