URtainment

Mengenal 'Nyangku', Tradisi Mencuci Benda Pusaka di Ciamis

Alfian Muntahanatul Ulya, Senin, 24 Oktober 2022 17.59 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal 'Nyangku', Tradisi Mencuci Benda Pusaka di Ciamis
Image: Ilustrasi Upacara Adat 'Nyangku' (Instagram @disbudpora.ciamis)

Jakarta - Keberagaman suku dan budaya Indonesia masih melekat di berbagai daerah, khususnya di Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Tradisi adat 'Nyangku' masih lestari hingga saat ini.

Melansir Disbudpora Ciamis, prosesi adat 'Nyangku' ini merupakan rangkaian upacara adat untuk menyucikan benda pusaka milik Prabu Sanghyang Borosngora, Para Raja, serta Bupati Panjalu.

Istilah nyangku sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab, Urbanreaders. Yakni dari kata 'Yanko' yang berarti membersihkan. Nah, karena kesalahan pengucapan orang Sunda inilah akhirnya berubah jadi 'Nyangku'.

Masih rutin dilaksanakan, ternyata kegiatan 'Nyangku' di masyarakat Panjalu ini adalah adat istiadat yang turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu, Urbanreaders. Keren ya?

Konon, prosesi nyangku ini juga dimaksudkan untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora. Ia berjasa dalam menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat Panjalu dan keturunannya. 

Saat ini, tradisi nyangku di Panjalu rutin digelar oleh sebuah yayasan yang dibentuk oleh leluhur Panjalu, yakni Yayasan Borosngora.

Upacara nyangku biasanya berlangsung di antara hari Senin atau Kamis akhir bulan Maulud (Robiul Awal). Malam hari sebelum upacara nyangku, biasanya ada acara muludan sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Prosesinya pun meliputi berbagai macam kegiatan. Di antaranya adalah mengambil air suci untuk membersihkan pusaka yang berasal dari tujuh sumber mata air.

Selanjutnya, menyiapkan sebanyak tujuh macam sesaji yang diperlukan untuk pelaksanaan upacara nyangku. 

Upacaranya pun dilangsungkan dengan sakral. Para pemimpin prosesi mengenakan pakaian adat kerajaan para sesepuh Panjalu menuju lokasi benda pusaka itu disimpan.

Pusaka yang telah dibungkus dengan kain putih itu lantas diarak menuju Nusa Gede dengan menyeberang Situ Lengkong. Perjalanannya pun diiringi irama rebana dan sholawat nabi yang menambah khidmat upacara nyangku.

Kemudian pusaka tadi lanjut diarak menuju tempat untuk menyucikannya, yakni di Taman Borosngora. Cara membersihkannya pun cukup dengan jeruk nipis dan air suci dari sumbernya.

Prosesi terakhir, yaitu mengoles pusaka yang telah dicuci menggunakan minyak kelapa khusus kemudian dibungkus kembali, dikeringkan, lalu diarak untuk disimpan kembali di lokasi semula. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait