URedu

Mengenal ‘Quiet Firing’, Fenomena Karyawan ‘Dipaksa’ Resign oleh Atasan

William Ciputra, Rabu, 21 September 2022 11.12 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal ‘Quiet Firing’, Fenomena Karyawan ‘Dipaksa’ Resign oleh Atasan
Image: Ilustrasi - Quiet firing dalam dunia kerja. (Feepik)

Jakarta - Dinamika di dunia kerja selalu memunculkan fenomena baik yang menyenangkan maupun sebaliknya. Nah di antara fenomena di dunia kerja itu adala ‘quiet firing’ yang ramai menjadi perbincangan dalam beberapa waktu terakhir. 

Secara harfiah, 'quiet firing' dapat diartikan dengan pemecatan secara perlahan. Ada pula yang mengartikan istilah ini dengan kondisi ketika seorang karyawan ‘dipaksa’ secara halus untuk resign oleh atasan maupun perusahaan. 

Nah untuk lebih jelasnya mengenai fenomena ‘quiet firing’ ini, yuk simak uraian Urbanasia berikut!

Makna ‘Quiet Firing’

'Quiet firing' adalah strategi atasan atau manajemen suatu perusahaan yang menciptakan situasi kerja yang ‘menyebalkan’ dengan harapan akan mendorong karyawan untuk keluar atau mengundurkan diri atau resign. 

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh atasan dalam melancarkan strategi ini. Namun, tujuan utamanya adalah meminimalisir jumlah karyawan. Namun dalam kondisi tertentu, strategi ini juga digunakan untuk ‘menyingkirkan’ karyawan yang sudah jadi target. 

Sama seperti quiet quitting yang karyawan tidak benar-benar keluar dari pekerjaan, dalam quiet firing atasan juga tidak benar-benar memecat karyawan. Atasan hanya menciptakan kondisi yang secara tidak langsung membuat karyawan yang ditargetkan tidak nyaman dan merasa tidak diinginkan. 

Praktik ‘Quiet Firing’

Fenomena ‘memaksa’ karyawan untuk resign atau memecat karyawan secara halus sebenarnya bukan hal baru di dunia kerja. Meskipun frasa ‘quiet firing’ baru digaungkan beberapa waktu terakhir. 

Bonnie Dilber, seorang recruiter menjadi salah satu orang yang pertama kali menggaungkan frasa ‘quiet fifing’ ini. Melalui unggahan di LinkedIn, ia menjelaskan beberapa praktik yang biasa dilakukan untuk ‘memecat’ karyawan secara tidak langsung. 

“Quiet quitting itu bagi saya lucu. Tapi saya pikir percakapan sebenarnya harusnya seputar ‘quiet firing’ karena cukup merajalela,” tulisnya di platform tersebut yang dikutip Urbanasia, Rabu (21/9/2022). 

Berikut ini beberapa praktik yang biasa dilakukan dalam ‘quiet firing’:

  • Karyawan tidak pernah mendapat apresiasi.
  • Tidak mendapat kenaikan gaji saat karyawan lain mendapatkannya.
  • Karyawan tidak dilibatkan dalam proyek penting perusahaan.
  • Pekerjaan karyawan dianggap biasa saja. 
  • Dipersulit dalam melakukan pekerjaan. 
  • Tidak ada dukungan atasan.
  • Keberadaan karyawan target tidak dianggap. 

Nah ketika praktik-praktik tersebut dilancarkan, Dilber menyebut karyawan akan merasa tidak kompeten, terisolasi, hingga merasa tidak dihargai, dan pada akhirnya karyawan akan berpikir untuk mencari pekerjaan baru. 

Bagaimana Cara Menghadapi ‘Quiet Firing’?

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait