URamadan

Mengenal Sejarah dan Makna Tradisi Baju Baru di Hari Lebaran

Nivita Saldyni, Jumat, 29 April 2022 03.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Sejarah dan Makna Tradisi Baju Baru di Hari Lebaran
Image: Ilustrasi kumpul keluarga. (freepik/freepik)

Jakarta - Jelang berakhirnya Ramadan, umat muslim di Indonesia biasanya akan mulai sibuk untuk mempersiapkan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Mulai dari menyiapkan camilan atau makanan khas Lebaran, hingga berburu baju baru.

Yap, memakai baju baru merupakan salah satu tradisi khas Lebaran yang sudah lama berkembang, termasuk di Tanah Air. Bahkan kebiasaan itu kabarnya sudah ada dan berkembang di Indonesia sejak abad ke-20 loh.

Hal ini diketahui dari catatan Snouck Hurgronje, seorang orientalis berkebangsaan Belanda yang menjadi Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda yang tertuang dalam buku Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889–1939 Jilid IV.

"Di antara hari-hari peringatan yang sekali setahun berulang dan yang bagi seluruh penduduk berlaku demikian, Lebaran yang mengakhiri ibadah puasalah yang paling terkemuka, dan hal itu tidak dapat dibantah. Hal ini berlaku bagi semua negeri Mohammadan. Di mana-mana perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan," tulis Hurgronje kepada kepada Direktur Pemerintahan Dalam Negeri di Betawi pada 20 April 1904, seperti dikutip Urbanasia pada Kamis (28/4/2022).

Sementara itu, dikutip dari laman NU, kebiasaan mengenakan baju baru saat Lebaran ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan lewat beberapa hadis, atsar, dan ijtihad ulama yang ada.

Salah satunya, hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Abid Dunya berikut ini:

عَنْ نَافِعٍ : أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِى الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ

Artinya: Diriwayatkan dari Nafi’ bahwa Ibnu Umar RA memakai baju terbaiknya di dua hari raya. (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Abid Dunya dengan sanad shahih).

Hadis lain juga mengatakan, Rasulullah SAW memerintahkan umat muslim menggunakan baju terbaiknya di Hari Raya.

عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِى الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبِسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ 

Artinya: Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata: Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan. (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Nah hadis, atsar, dan ijtihad ulama terkait anjuran mengenakan baju terbaik di Hari Raya ini kemudian dimaknai sebagai anjuran untuk memakai baju baru. Sebagaimana yang pernah disampaikan pakar fiqih Maliki Syekh Ahmad bin Ghunaim an-Nafrawi.

"Yang dimaksud dengan ‘baju baik’ (yang disunahkan) dalam hari raya adalah baju baru, meskipun berwarna hitam," katanya.

Anjuran memakai baju baru di Hari Raya ini ternyata ada hikmahnya, Guys. Di antaranya sebagai wujud syukur atas segala nikmat dari Allah SWT, mengagungkan Hari Raya, wujud ekspresi kegembiraan dan kebahagiaan di Hari Raya, dan untuk mengagungkan malaikat yang hadir pada Hari Raya.

Namun perlu diingat, ini bukanlah sebuah kewajiban ya Urbanreaders. Mengenakan pakaian lama juga gak ada salahnya kok, asal bersih dan suci.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait