URguide

Mengintip Gen Z yang Berubah Cara Belajarnya

Firman Kurniawan S, Senin, 19 Desember 2022 15.30 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengintip Gen Z yang Berubah Cara Belajarnya
Image: Ilustrasi - Gen Z. (Freepik)

ADA yang sedang ramai diperbincangkang di media sosial, memasak mie instan yang dicampur sedikit tepung beras bakal membuat tekstur mie lebih kenyal dan bumbunya meresap. Ini kemudian luas beredar jadi pengetahuan, setelah diunggah Mas Danang lewat akun Twitter-nya @lintingdhewek. Tak berhenti sampai di situ, Mas Danang juga membagikan kiat menyeduh kopi maupun teh angkringan yang enak.

Unggahan Mas Danang adalah pengetahuan. Yang lewat interaksi media sosial, jadi tersebar luas. Tanpa lewat riset yang metodis, kebenarannya segera terbukti. Ungkapan banyak pihak tentang rasa olahan yang memang enak, menjadikan resep itu diterima. Jenis kebenarannya adalah kebenaran pragmatis.

Demikian pula dengan unggahan: ragi roti yang diolah jadi pupuk, mampu mempercepat pertumbuhan tanaman. Ini juga jadi pengetahuan luas, setelah tutorialnya beredar lewat Youtube. Sebuah bentuk pengetahuan, yang diterima setelah melihat hasil nyatanya. Ketika memang hasilnya memuaskan, dianggap sebagai kebenaran. Berguna, namun tanpa penjelasan yang mengakar.

Mereka yang hari ini terlibat dalam urusan pembelajaran, sebagai guru, dosen, trainer, atau penyuluh, akan merasakan cara belajar kebanyakan orang, mengalami perubahan. Terlebih jika peserta belajar itu, dari kalangan Generasi Z.

Gen Z, jika mengacu pada masa kelahirannya, ini sesungguhnya bukan penentu yang tepat dalam mengkategorisasi generasi, tercatat sebagai manusia yang lahir antara tahun 1995-2010. Ini artinya usia mereka saat ini 12-27 tahun. Yang jika dipetakan ke dalam jenjang pendidikan, Gen Z rata-rata sedang menempuh pendidikan di tingkat SMP hingga Pasca Sarjana S2.

Namun tak tertutup pula, ada yang sedang menempuh doktoral. Jenjang yang makin banyak ditempuh, yang masih berusia muda. Jumlah Gen Z mendominasi komposisi penduduk dunia hari ini. Berdasar data yang dikutip oleh Chalk.com, 2022, dalam artikelnya yang berjudul ‘Teaching the Next Generation: How Gen Z Learns’, jumlahnya tak kurang dari 2,47 milyar manusia. Ini setara dengan 32% populasi dunia. Jumlah yang mendominasi, dibanding kelompok generasi lainnya.

Kembali dalam pembahasan cara Gen Z belajar, di tengah banyaknya peredaran pengetahuan lewat media sosial, para pengajar mereka yang umumnya berasal dari Gen X maupun Gen Millennials, sering dibuat bertanya: bagaimana cara Gen Z menyerap pengetahuan? Apakah juga berasal dari pengetahuan yang beredar lewat media sosial?

Mengingat Gen Z sudah sangat jarang terlibat dengan produk belajar analog berupa buku, jarang melakukan pengamatan langsung di tempat kejadian, atau jarang meminati bahan ajar yang disampaikan lewat ruang-ruang kelas konvensional.

Indikasi hasil belajar yang mengkhawatirkan, manakala diajukan pertanyaan, maka jawaban yang diperoleh sering hanya sebatas pengetahuan common sense. Tanpa adanya akar teori yang kuat. Pertanyaan di atas layak diajukan, agar tak terjadi keterputusan transfer informasi pengetahuan, akibat kesenjangan generasi.   

Kembali pada Chalk.com melalui artikelnya di atas, diuraikan ciri-ciri Gen Z sebagai manusia digital native. Mereka adalah penduduk asli dunia digital. Sejak lahir telah diabadikan momen-momen pentingnya oleh para orang tua, menggunakan perangkat digital. Mereka tak seperti Gen X maupun Gen Millennials, yang masih mengalami mondar-mandir antara dunia analog dengan digital. Karenanya 2 generasi itu sering disebut sebagai digital immigrant.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait