URnews

Mengulik Adaptasi Pelaku Industri Kreatif di Masa Pandemi COVID-19

Healza Kurnia H, Senin, 19 Oktober 2020 19.51 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengulik Adaptasi Pelaku Industri Kreatif di Masa Pandemi COVID-19
Image: Talkshow Series 3 'Dari Pemuda untuk Indonesia' yang digelar Merial Institute. (IG @merial.institute)

Jakarta - Salah satu sektor di Indonesia yang juga tak bisa lepas dari dampak pandemi COVID-19 adalah industri kreatif. Banyak pelaku di industri kreatif yang akhirnya harus jatuh bangun dan mencoba beradaptasi akibat munculnya wabah ini, guys.

Sehingga, proses kreatif yang dilakukan para pelaku di sektor ini menjadi atensi Merial Institute dan mengajak berdiskusi dengan anak muda Indonesia melalui Talkshow Series Road to Festival Bonus Demografi pada Minggu (18/10/2020) kemarin.

Dalam webinar bertajuk 'Dari Pemuda untuk Indonesia' tersebut, Co-Founder Drive-in Senja yang juga merupakan sutradara film, Ashram Shahrivar juga hadir langsung dan berbagai mengenai beberapa adaptasi yang ia lakukan di kala pandemi COVID-19.

Ashram menilai bahwa pandemi COVID-19 tidak bisa terus-menerus untuk disesali dan para pelaku industri kreatif harus secepatnya bangkit.

"Lihatlah bahwa pandemi COVID-19 ini merupakan sebuah opportunity baru. Jangan-jangan dengan adanya pandemi ini, kita justru memiliki momentum yang tepat untuk melakukan sesuatu yang mungkin belum bisa dilakukan jika pandemi tidak ada," ungkap dia.

Meski menuju proses kebangkitan dan penentuan ide kreatif itu tak selalu mulus, Ashram mengingatkan kepada anak muda untuk tidak berhenti mencari ide segar dan out of the box.

"Siapa tahu ini adalah peluang baru yang bisa menjadikan new experience di industri kreatif untuk masyarakat luas," imbuhnya.

Ia pun mencontohkan bagaiman project yang ia dirikan, Drive-In Senja bisa menjadi peluang bisnis baru dan gaya hidup baru dalam menonton. Ia melihat di kala bioskop masih harus tutup karena kebijakan PSBB yang berlangsung, menonton di mobil adalah sebuah cara alternatif baru dalam mengubah tren menonton.

"Adaptasi yang saya lakukan pun akhirnya membuahkan hasil dengan respons positif yang diterima masyarakat dengan hadirnya Drive-in Senja ini. Sehingga, pada intinya, kita tidak boleh terus menerus risau dan merasa terbelenggu dengan keadaan tapi juga harus mencari momentum yang tepat untuk mengimplementasikan ide kita," jelasnya.

Selain Ashram, dampak pandemi COVID-19 ini juga dirasakan langsung oleh salah satu creativepreneur yang juga merupakan content creator, Haykal Kamil.

1603112810-Speakers-adaptasi-kreatif.jpegSumber: Webinar Talkshow Series 3 yang digelar Merial Institute membahas adaptasi industri kreatif di masa pandemi COVID-19. (Urbanasia)

Pria yang juga dikenal sebagai aktor cilik pada masanya dan juga presenter ini ternyata tengah merintis bisnis Halal Lifestyle, guys.

"Tentu pandemi ini sangat berdampak pada kegiatan produksi di kita. Bahkan, kita sudah sempat memproduksi barang yang akan dipasarkan. Tapi, karena pandemi kita harus mengubah strategi penjualannya, strategi bisnisnya juga," bebernya.

Sebagai pengusaha, Haykal pun juga sempat bercerita meski kondisi ekonomi tengah lesu yang berakibat pada penjualan produk, Haykal tidak sampai hati mem-PHK karyawannya.

"Kan banyak tuh pemberitaan bahwa banyak usaha gulung tikar lalu mem-PHK karyawan. Nah, kalo aku sendiri alhamdulillah sampai detik ini belum mem-PHK karyawan dan berusaha se-fair mungkin dengan karyawan. Kalo kerja mereka sesuai target tentu akan kita beri 100 persen, tapi kalo tidak ya sesuai pencapaian mereka," tegas dia.

Baca Juga: Dokter Tirta Sindir 5 'Prestasi' Indonesia Selama Pandemi COVID-19

Kondisi yang memaksa dan memerlukan banyak pivot juga disampaikan oleh CEO Urbanasia, Achmad Rouzni Noor II.

Dalam kesempatan tersebut, Rourry, sapaan akrabnya menjabarkan bahwa media digital yang merupakan bagian dari sektor industri kreatif juga melakukan pivot dan adaptasi besar-besaran untuk menjaga perusahaan medianya tetap hidup.

"Sebagai medium untuk anak muda, Urbanasia juga terus mengembangkan beragam campaign dan program yang dibutuhkan anak muda saat ini. Bahkan, ada banyak program baru yang dihadirkan atau maju akibat kondisi yang memaksa kita untuk berpikir kreatif," paparnya.

Selain Urbanasia, proses adaptasi yang cukup memacu tenaga ekstra adalah industri di sektor MICE (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition). Bijak Fadhil Ahmad dari Milenial Fest yang juga merupakan pelaku di bidang event organizer juga merasa harus berpikir ekstra untuk menemukan alternatif acara dari industri MICE ini.

"Sehingga, peran digital skills di sini sangat diperlukan untuk menemukan peluang yang pas untuk membuat event supaya kita tetap mengikuti tren yang ada dengan konsep acara yang berbeda dan unik. Dengan banyaknya program digital, salah satu yang harus diedukasi juga adalah pentingnya literasi digital," katanya.

Berbicara soal digital, Endik Koeswoyo yang merupakan seorang penulis skenario, novelis dan juga news vlogger ini mengungkapkan bahwa sebenarnya ranah digital saat ini bisa menjadi peluang yang bagus untuk dimaksimalkan ketika kita berada di rumah.

"Dengan kita berada di rumah, tentu ini kan menjadi kesempatan kita untuk mengembangkan banyak ide dan skill kita di bidang digital. Karena sebenarnya dunia kepenulisan justru tidak mati di era pandemi. Hal ini terbukti dengan apa yang saya alami sekarang, orderan semakin banyak di tengah pandemi begini karena menulis itu bukan hanya untuk menulis film, video atau FTV. Tapi juga beragam konsep digital kan juga tidak lepas dari profesi menulis," ungkapnya.

Endik juga memberikan saran selama kita bisa mengasah skill atau kemampuan kita dengan baik, maka rezeki dengan sendirinya akan datang.

"Jangan buat pelangganmu kecewa dan mereka beralih. Lakukan keahlian atau skillmu secara totalitas," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait