URstyle

Mirip Sakit Maag, Ketahui Gejala Kanker Lambung Yuk!

Kintan Lestari, Rabu, 10 Februari 2021 18.08 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mirip Sakit Maag, Ketahui Gejala Kanker Lambung Yuk!
Image: Ilustrasi kanker lambung. (Freepik/Dragana_Gordic)

Jakarta - Saat berbicara kanker, kebanyakan dari kita pasti akan berpikir ke kanker paru dan payudara. Padahal ada juga kanker yang lain, yakni kanker lambung.

Kasus kanker lambung memang tidak begitu banyak seperti kanker paru dan payudara, namun tetap saja kanker satu ini tidak boleh disepelekan.

Menurut data GLOBOCAN 2020, angka kejadian kanker lambung di dunia tahun 2020 mencapai lebih dari 1 juta kasus yaitu sebanyak 369.580 kasus pada wanita dan 719.523 kasus pada laki-laki.

“Pada awalnya, kanker lambung sering disangka sebagai sakit maag biasa sehingga sebagian besar pasien datang terlambat dan sudah pada stadium lanjut,” jelas Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. Aru Sudoyo dalam webinar bertajuk “Gaya Hidup Masa Kini: Waspada Kanker Lambung Mengintai Anda!” pagi tadi (10/2/2021).

“Oleh sebab itu, masyarakat perlu lebih waspada bahwa terhadap gejala kanker lambung yang jika tidak ditangani sejak dini berpotensi terjadi mutasi yang dapat membentuk tumor di dalam lambung dan dapat bermetastatis atau menyebar ke bagian lain di tubuh seperti hati, peritoneum, hati dan tulang,” lanjutnya lagi.

Namun untuk mendeteksi kanker ini cukup sulit karena gejalanya yang mirip sakit maag. Maka dari itu, banyak yang tak sadar dirinya terkena kanker lambung. 

Kanker lambung sendiri disebabkan oleh adanya sel-sel kanker yang tumbuh di dalam lambung menjadi tumor, dan biasanya tumbuh perlahan selama bertahun-tahun. Kanker ini lebih sering menyerang orang yang berusia 60-80 tahun.  

Ada enam situasi yang perlu diwaspadai sebagai gejala kanker lambung, yaitu sebagai berikut:

- Situasi pertama adalah adanya nyeri abdomen yaitu nyeri perut atau abdomen yang awalnya terasa ringan, namun karena sibuk sehingga tidak diperhatikan, dan tidak hilang dengan makan, sehingga lama kelamaan nyeri semakin berat sampai tak tertahankan.

“Gejala yang paling sering dari kanker lambung (antara 60%- 90%) mirip sakit maag,” papar Aru.

1612955282-kankerlambung.jpgSumber: Ilustrasi kanker lambung. (Freepik/8photo)

- Situasi kedua adalah saat seseorang mulai sulit menelan makanan. Ini terjadi bila tumor berlokasi di daerah kardia atas, maka akan terjadi penyempitan yang membuat makanan terasa “tersangkut” di daerah dada, terpaksa minum air yang banyak, namun kemudian akan naik balik ke atas atau juga disebut dengan “gastroesophageal reflux” atau gerd.

- Situasi ketiga adalah rasa mual dan muntah pada waktu makan. Hal ini terjadi bila tumor terletak dekat dengan jalan masuk ke usus halus atau pylorus. Hambatan lewatnya makanan akan mengirim sinyal ke otak bahwa makanan harus dikembalikan ke atas.

- Situasi keempat adalah semakin merasa cepat kenyang dengan terisinya ruang lambung oleh tumor, sehingga semakin sedikit makanan yang masuk tubuh. Hal ini terjadi terutama pada kanker lambung jenis “difus” di mana sel-sel tumor mengambil permukaan luas lambung, dimana elastisitas lambung berkurang.

- Situasi kelima terjadi penurunan berat badan secara drastis. Itu bisa diakibatkan karena sulitnya makanan turun atau karena muntah, serta makanan dan nutrisi akan berkurang.

- Situasi keenam adalah mulai terjadi perdarahan karena tumor atau kanker menembus lapisan dalam lambung. Bila pendarahan masih sedikit, tidak menampakkan adanya gejala. Namun pada pendarahan besar, berakibat pada hematemesis atas atau melena bawah dengan gejala anemia.

Adapun kanker lambung rupanya 95% terjadi karena faktor lingkungan, sementara 5% sisanya karena genetik. Faktor lingkungan itu dipengaruhi gaya hidup yang kita jalani sehari-hari, seperti makan-makanan berproses, kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol, sampai obesitas. 

Beberapa hal dapat meningkatkan risiko kanker lambung, diantaranya bakteri Helicobactor pylori, metaplasia usus, atrophic gastritis kronis, anemia pernisiosa, ataupun polip lambung, genetika, dan juga gaya hidup yang buruk. 

Maka dari itu Prof. Aru menyarankan untuk menjalani pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker.

“Dengan demikian, kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker,” tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait