URstyle

Museum Ranggawarsita Semarang Tambah Koleksi Keris Zaman Mataram Islam

Nunung Nasikhah, Kamis, 27 Agustus 2020 15.43 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Museum Ranggawarsita Semarang Tambah Koleksi Keris Zaman Mataram Islam
Image: Keris Zaman Mataram Islam. (Dok. Diskominfo Jateng)

SemarangMuseum Ranggawarsita Jawa Tengah baru-baru ini kedatangan koleksi benda kuno baru berupa keris.

Keris dengan bentuk lurus tersebut dibuat pada abad ke 16 saat masa pemerintahan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung.

Pusaka kuno yang merupakan hibah dari kolektor barang antik tersebut telah memiliki sertifikat dari Museum Keris Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Pada sertifikat tersebut tertulis bahwa keris tersebut memiliki dapur jalak, dengan pamor beras wutah. Sementara dimensinya adalah 146 gram dengan panjang 40,2 cm.

Selain keris peninggalan abad ke-16, Penghibah keris, Ade Yuliawan juga menyumbang tujuh bilah senjata tradisional lainnya.

Ade tidak hanya menyerahkan keris abad 16, namun juga beberapa pusaka peninggalan abad 12, 14 dan 17.

Selain itu, ia juga menghibahkan koleksi piring keramik yang diyakini merupakan peninggalan pada masa Dinasti Ming.

Ade berharap, koleksi pemberiannya tersebut bisa digunakan sebagai media edukasi. Meski demikian, ia berharap tidak ada pengkultusan terhadap keris.

Untuk menghasilkan pusaka keris yang memunyai pamor (Gurat logam) dan dapur (kenampakan) yang khas, Ade mengatakan, butuh teknik tingkat tinggi.

“Bayangkan saja, abad 14 sampai sekarang masih utuh. Nah, saya ingin itu (keris) menjadi koleksi untuk dapat dipelajari, tidak hanya tersimpan di lemari milik saya,” tuturnya usai acara penyerahan keris, Rabu (26/8/2020).

Dengan tambahan tersebut, total ada 307 koleksi bilah keris yang tersimpan di museum yang berlokasi di Jalan Abdul Rahman Saleh No 1, Kalibanteng Kidul, Semarang Barat.

Kepala Museum Ranggawarsita, Asih Widiastuti mengatakan, dengan hibah tersebut, kini total ada 59.810 benda koleksi di museum yang dikelolanya.

“Selain sebagai wahana destinasi wisata, museum juga berperan sebagai sarana edukasi,” kata Asih.

“Dengan hibah ini, harapannya masyarakat dapat memahami tentang benda warisan nenek moyang itu,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait