URnews

BMKG: Indonesia Dilanda Gempa Lebih dari 5.818 Kali per Tahun

Nivita Saldyni, Kamis, 17 Maret 2022 09.00 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
BMKG: Indonesia Dilanda Gempa Lebih dari 5.818 Kali per Tahun
Image: Ilustrasi gempa. (Pixabay)

Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat Indonesia dilanda gempa lebih dari 5.818 kali per tahun.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa signifikan dengan magnitudo (M) 5,0 ke atas terjadi 350 kali per tahun di Indonesia.

“Berdasarkan statistiknya, Indonesia memiliki data yang sangat banyak. Dari 2008 saja kami bisa membuat sebuah statistik yang menarik bahwa di Indonesia itu dalam satu tahun sudah terjadi gempa lebih dari 5.818 kali,” kata Daryono dalam webinar sosialisasi mitigasi gempa bumi dan tsunami untuk daerah berisiko yang digelar secara virtual, Rabu (16/3/2022).

“Gempa signifikan yang kekuatannya di atas 5, itu biasanya terjadi 350 kali dalam setahun. Kemudian, gempa merusak rata-rata 10 kali dalam setahun dan dalam dua tahun sekali terjadi gempa besar yang berpotensi tsunami,” sambungnya.

Indonesia, kata Daryono, punya 13 segmen zona megathrust yang ada di Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, laut Maluku dan Papua, yang mana ada lempeng samudra menghujam ke bawah lempeng benua. Hal tersebut menurutnya berimplikasi pada banyaknya aktivitas gempa.

Lebih lanjut, Daryono juga menjelaskan bahwa Indonesia telah mengalami 20 kali gempa dengan magnitudo di atas 8 lebih sejak tahun 1600. Indonesia juga sudah mengalami 90 persen lebih tsunami yang cukup dahsyat, sehingga zona kekosongan gempa besar harus diwaspadai.

Tak kalah pentingnya, Indonesia juga memiliki lebih dari 295 segmen sesar aktif dan masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Sesar aktif ini terbentuk dari bagian lempeng yang mengalami rekahan karena tekanan dan bagian-bagian lemah itu mengalami pergeseran.

"Di Indonesia, gempa semacam ini yang mematikan sudah 46 kali terjadi akibat sesar aktif. Indonesia adalah wilayah yang terancam dengan zona megathrust, subduksi termasuk gempa kerak dangkal akibat patahan aktif," jelasnya.

Daryono mengatakan, gempa sebenarnya tak membunuh. Namun di Indonesia masih jarang bangunan tahan gempa. Inilah alasan munculnya risiko terjadi kerusakan, bahkan memakan korban jiwa, saat gempa melanda.

Apalagi jika gempa yang sangat kuat terjadi, namun struktur bangunan lemah dan kondisi tanah lunak, maka kerusakan akan terjadi.

"Setiap kejadian gempa di Indonesia diikuti jatuhnya korban jiwa dan ini harus kita antisipasi. Solusi terkait bahaya gempa, dengan bangunan tahan gempa," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait