URstyle

Pakar UGM: Virgin Coconut Oil Jadi Terapi Adjuvan COVID-19

Shelly Lisdya, Jumat, 16 April 2021 09.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pakar UGM: Virgin Coconut Oil Jadi Terapi Adjuvan COVID-19
Image: Pinterest/best shopping guide

 

Jakarta - Guna mengobati COVID-19, berbagai upaya telah dilakukan. Salah satunya dengan memanfaatkan bahan alam atau herbal, termasuk menggunakan virgin coconut oil (VCO).

Pakar Pulmonologi FKKMK UGM, Ika Trisnawati memaparkan, hasil pilot studi VCO sebagai terapi adjuvan COVID-19, saat ini tengah berlangsung di empat rumah sakit Yogyakarta, yakni RSUP Dr. Sardjito, RSA UGM, RSUD Wonosari dan RSUD Sleman.

Penggunaan VCO dalam terapi COVID-19 ini dilatarbelakangi kandungan VCO yang memiliki aktivitas anti virus yang baik seperti asam laurat (C12) dan monolaurin (ML) beserta derivatnya.

Baca juga: Jangan Abaikan, Ini 7 Tanda Kesehatanmu Lagi Terganggu 

“VCO merupakan medium chain fatty acids (MCA) yang mengandung asam laurat diubah menjadi monogliserida monolaurin yang mempunyai efek antiviral dengan cara menghancurkan membran lipid virus,” jelasnya dalam webinar Uji Klinis dan Penanganan COVID-19 yang diselenggarakan Pusat Kedokteran Herbal FKKMK UGM, Kamis (15/4/2021).

Ika memaparkan seperti pada sabun, VCO bekerja dengan merusak membran sel pada virus. Saat VCO masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi monolaurin ketika berinteraksi dengan membran sel virus dan akan merusak lapisan lipid pada sel tersebut. Dengan demikian, membran sel virus menjadi rusak dan tidak berfungsi.

Dalam pilot studi di empat rumah sakit tersebut, Ika mengungkapkan adanya hasil signifikan (p<0,05) penggunaan VCO dalam menurunkan TNF α pada kelompok VCO dibandingkan plasebo. Selain itu, terdapat penurunan marker inflamasi antara alain CR, ferritin, dan IL6 meskipun tidak siginifikan secara statistik.

Temuan lain menunjukkan adanya penurunan D Dimer dan ferritin yang signifikan (p<0,05) baik sebelum maupun setelah intervensi pada kelompok VCO. Lalu, terjadi penurunan CRP, IL6 dan procalcitonin, tetapi tidak signifikan.

Baca Juga : Peneliti IPB: Kandungan Antrakuinon dalam Teh Indonesia Menghambat Sel Kanker 

“VCO dapat menurunkan marker inflamasi pada penderita Covid-19 sehingga diharapkan dapat mencegah perberatan penyakit,” terangnya.

Sementara Dra. Riri Indriani, Apt., M.Si. dari BPOM mengatakan Indonesia memiliki potensi bahan alam yang cukup berlimpah dengan lebih dari 30.000 spesies tanaman. Data Riset Obat dan Jamu mencatat dari spesies tanaman yang ada, 2.848 diantaranya merupakan tumbuhan obat  yang tersebar pada 405 etnis di 34 provinsi.

“Potensi bahan alam Indonesia memberi peluang besar untuk dimanfaatkan sebagai produk jamu, maupun obat herbal terstandar dan fitofarmaka, termasuk sebagai terapi adjuvan COVID-19,” tuturnya.

Ia menyampaikan BPOM telah melakukan pendampingan terhadap penelitian herbal terkait COVID-19. Hingga saat ini ada 15 penelitian yang memanfaatkan bahan alam dan dua di antaranya telah selesai menjalani uji klinik.

Kemudian, empat penelitian masih dalam tahapan uji klinik, lima penelitian tahap penyusunan protokol uji klinik, satu penelitian tahap uji pra klinik, dan tiga penelitian dalam tahap penyusunan protokol uji pra klinik. Untuk uji praklinik ditujukan sebagai anti inflamasi, daya tahan tubuh, antipiretik dan anti COVID-19.

Dari penelitian yang telah berjalan tersebut, ia menyampaikan terdapat beberapa pembelajaran yang dapat diambil. Misalnya, saat uji praklinik ada kesulitan menemukan hewan model yang bisa menggambarkan patofisiologi COVID-19 pada manusia secara menyeluruh. Sedangkan saat uji klinik juga tidak mudah dilakukan dalam kondisi pandemi, karena banyak faktor yang memengaruhi validitas hasil akhir uji klinik.

Persoalan lain yang ditemui seperti ukuran sampel, populasi subjek, hingga kategori subjek. Selain itu, manifestasi klinik pasien COVID-19 yang beragam menuntut peneliti lebih cermat dalam menentukan definisi operasional perbaikan gejala klinis.

Mengingat besarnya potensi bahan alam yang ada, ia menekankan penemuan dan pengembangan obat herbal untuk terus dikembangkan hingga menuju hilirisasi produk. Dalam pengembangannya perlu dukungan dan sinergi dari berbagai pihak, termasuk dari para akademisi atau perguruan tinggi

“BPOM pun akan selalu hadir mendukung upaya hilirisasi produk obat bahan alam,” pungkasnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait