URtrending

Pemkot Surabaya Bantah Hanya Beri Telur Rebus pada Tenaga Medis

Nivita Saldyni, Rabu, 27 Mei 2020 19.15 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pemkot Surabaya Bantah Hanya Beri Telur Rebus pada Tenaga Medis
Image: Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, M. Fikser. (Humas Pemkot Surabaya)

Surabaya - Urbanreaders, masih ingat soal cuitan seorang dokter yang menyebut penanganan COVID-19 di Kota Surabaya buruk? Pemerintah Kota Surabaya akhirnya buka suara nih soal curhatan Aditya Caksana Janottama, salah satu dokter di rumah sakit rujukan Surabaya yang mendadak viral di Twitter, Rabu (27/5/2020). 

Menurut Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya M. Fikser, apa yang dituduhkan oleh pemilik akun Twitter @caksana tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab, Fikser mengaku selama ini pihaknya rajin memberi bantuan berupa alat pelindung diri (APD) dan kebutuhan lainnya untuk rumah sakit rujukan di wilayahnya.

"Selama ini Pemkot Surabaya sudah sering memberikan bantuan APD kepada rumah sakit rujukan dan non-rumah sakit rujukan, serta Labkesda yang ada di Surabaya," kata Fikser di Surabaya, Rabu (27/5/2020).

Fikser pun membantah kalau Pemkot Surabaya hanya memberikan wedang pokak dan telur rebus kepada para dokter dan tenaga medis, seperti yang disebut itu salah satu dokter di RS Royal Surabaya itu lewat Twitter.

Menurut data yang dimiliki Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Pemkot telah mendistribusikan sebanyak 82.651 buah APD kepada 50 rumah sakit rujukan dan non rujukan, termasuk Labkesda serta Puskesmas di Kota Pahlawan.

Selain APD, Pemkot juga telah menyalurkan bantuan berupa ventilator dan berbagai peralatan medis lainnya yang dibutuhkan dalam penanganan COVID-19.

Nah, masalah sampai tidaknya bantuan ini ke tangan tenaga medis, Fikser mengaku pihaknya tak memiliki kewenangan sejauh itu guys.

"Yang pasti kami memiliki data semua APD yang diterima oleh Pemkot, langsung hari itu juga didistribusikan ke rumah sakit-rumah sakit rujukan. Bahkan, Bu Wali Kota sendiri yang membaginya rata-rata sesuai kebutuhan dan kami ada bukti terimanya," jelas Fikser.

Di kesempatan berbeda, Juru Bicara RS Royal Surabaya dr. Dewa Nyoman Sutanaya menilai apa yang dilakukan Caksana adalah penyataan pribadinya.

"Pihak RS Royal Surabaya tidak bertanggungjawab terhadap apapun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan rumah sakit di media sosial maupun media lainnya," kata Dewa, seperti dilansir Antara.

Meski begitu, ia mengaku pihaknya akan mengusut tuntas dan menindaklanjuti masalah ini kepada yang bersangkutan. 

"Dalam hal ditemukan adanya dugaan pelanggaran etik dan disiplin yang dilakukan, maka pihak rumah sakit akan melanjutkan kasus ini ke Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Royal Surabaya," tegasnya.
 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait