Putin: Dunia Berada dalam Fase Paling Berbahaya Sejak Perang Dunia II

Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi fase paling berbahaya sejak Perang Dunia II. 

Atas kondisi tersebut, Putin pun menyalahkan Barat yang menurutnya telah melakukan permainan geopolitik 'berbahaya, berdarah, dan kotor' atas kekacauan yang terjadi saat ini.

"Kekuasaan atas dunia adalah apa yang Barat andalkan dalam permainannya. Tapi ini adalah permainan yang berbahaya. Ini adalah permainan berdarah dan ini adalah permainan kotor," ujar Putin sebagaimana dikutip dari Aljazeera, Jumat (28/10/2022). 

Putin menuduh Amerika Serikat (AS) yang telah menghasut terjadinya konflik di Ukraina dan masalah lainnya dalam upaya untuk menegakkan dominasi global bersama para sekutunya. 

Pada akhirnya, kata Putin, AS dan sekutunya harus berbicara dengan Rusia untuk membahas masa depan dunia.

Dalam kesempatan tersebut, Putin menegaskan bahwa Rusia tidak memandang AS dan sekutunya sebagai musuh. Bahkan, Rusia selalu berusaha menjalin relasi yang baik dengan Barat.

“Rusia berusaha membangun relasi dengan Barat dan NATO, dengan pesan yang sama, mari kita hidup bersama dalam persahabatan," tegas Putin. 

Gedung Putih telah memberikan tanggapan atas pernyataan Putin itu. Mereka menilai pernyataan Putin bukan hal baru dan tidak menunjukkan adanya perubahan dalam tujuan strategis mereka, termasuk terhadap Ukraina.

Sebagai informasi, Rusia mulai menyerang Ukraina dalam 'operasi khusus' mereka sejak 24 Februari 2022. Invasi Rusia itu telah menewaskan puluhan ribu orang. 

Berbagai negara di dunia mengecam aksi Rusia tersebut. Invasi ini kemudian memicu Barat menjatuhkan sanksi ke negara yang jadi salah satu pemasok sumber daya alam terbesar di dunia itu. 

Hingga saat ini perang konflik belum juga berakhir. Beberapa waktu lalu Putin mengaku siap berunding untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Namun ia mengatakan pemimpin Ukraina lah yang belum juga siap untuk melakukan perundingan.

Upaya penyelesaian pun telah dilakukan pada minggu-minggu pertama konflik. Namun sampai saat ini belum ada kesepakatan damai di antara dua negara tersebut untuk mengakhiri konflik.