URnews

Putri Gus Mus Geram Nama Sang Ayah Dilibatkan untuk Lawan FPI

Nivita Saldyni, Senin, 14 Desember 2020 12.39 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Putri Gus Mus Geram Nama Sang Ayah Dilibatkan untuk Lawan FPI
Image: Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus. (Instagram @s.kakung)

Jakarta - Ienas Tsuroiya, putri Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus kembali dibuat meradang gara-gara ulah netizen.

Kali ini, Ienas dibuat geram dengan kemunculan beragam postingan dari para pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap telah melibatkan nama ayahnya.

Lewat akun Twitter pribadinya, @tsuroiya, Ienas mengaku kewalahan mengatasi berbagai postingan yang dinilai provokatif itu. Apalagi ini bukan pertama kalinya terjadi, ia mengaku hal ini telah terjadi sejak 2017 silam. Duh.

"Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yang baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Setidaknya sudah tiga tahunan ini kami dibuat repot gara2 ulah kalian. Stop it!," kata Ienas, seperti dikutip Urbanasia, Senin (14/12/2020).

Ienas mengaku dibuat kewalahan dengan ulah para pendukung Jokowi yang sudah sering kali embuat konten provokatif dengan memanfaatkan nama ayahnya, Gus Mus. Beberapa di antaranya adalah akun Kata Kita yang telah melakukan hal tersebut sejak 2018.

Namun sayangnya tulisan berjudul 'Ketika Agama Kehilangan Tuhan' itu kembali bermunculan dan viral di media sosial. Terbaru, ada surat terbuka yang disampaikan oleh salah satu pendukung Jokowi, Iyyas Subiakto di Facebook dan kemudian tersebar lewat WhatsApp. 

"Tapi belakangan ini, tulisan itu beredar lagi, masih dengan nama dan foto Abah. Diklarifikasi satu, muncul lagi dan lagi," ungkapnya.

"Kasus lain: ada tulisan salah satu pendukung Pak Jokowi, namanya Iyyas Subiakto, surat terbuka kepada keturunan Arab. Diposting di facebook. Tapi kemudian ada OKNUM yang menambahkan nama Abah di atasnya. Langsung viral. Dan kami pun kerepotan membantahnya," lanjutnya.

Hingga saat ini, ia mengaku masih belum menemukan siapa pelaku yang menambahi kalimat bertuliskan nama Gus Mus di surat terbuka itu. Apalagi menurutnya, kalau sudah tersebar di WhatsApp maka semakin sulit dihentikan penyebarannya.

Belum sampai di sana, suara Gus Mus saat membacakan puisi berjudul 'Allahu Akbar' (2005) juga tengah jadi sorotan. Ienas makin emosi karena melihat suara sang ayah digunakan dalam video demo FPI yang kurang pas dengan isi puisi tersebut.

"Ternyata KataKita termasuk yang mempostingnya. Tapi syukurlah, barusan saya cek sudah ngga ada. Semoga ngga diposting ulang," harapnya.

"Puisi Abah yang ditulis tahun 2005 lalu itu sifatnya universal, tidak menyerang satu kelompok tertentu. Seperti banyak puisi Abah yang lain, intinya mengajak introspeksi. Dakwah secara halus.  Kalau menggabungkan suara beliau dengan video demo FPI, itu namanya mengadu-domba," tegas Ienas.

Meski demikian, Ienas mengaku tak mendukung FPI lewat klarifikasinya itu. Bahkan ia dengan jelas menunjukkan ketidaksukaan terhadap kelompok pendukung Habib Rizieq Shihab itu.
 
"Oh, tentu tidak. Saya termasuk warga negara yang ikut resah menyaksikan sepak-terjang mereka selama ini, yang sering diwarnai kekerasan, meski dengan alasan 'nahi mungkar'. Googling saja, banyak korbannya. Menurut keyakinan saya, nahi mungkar (memerangi kemaksiatan) itu harus dilakukan secara makruf, alias dengan cara yang baik, berlandaskan kasih sayang. Bukan berdasar benci, apalagi dengan kekerasan," pungkasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait