URtainment

Raffi-Nagita Jadi Ikon PON Papua 2021, Ini Kata Aktivis Perempuan

Eronika Dwi, Jumat, 4 Juni 2021 11.02 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Raffi-Nagita Jadi Ikon PON Papua 2021, Ini Kata Aktivis Perempuan
Image: Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. (Instagram @raffinagita1717)

Jakarta - Terpilihnya Raffi Ahmad dan Nagita Slavina untuk mempromosikan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua menaui sejumlah kritikan.

Banyak pihak menilai penunjukkan Raffi dan Nagita sebagai Ikon PON XX Papua kurang tepat. Salah satunya aktivis perempuan sekaligus Founder of Pentas Indonesia, Poppy R Dihardjo.

Kepada Urbanasia, Poppy menilai, penunjukkan Raffi dan Nagita sebagai Ikon PON XX Papua karena panitia yang tak mau repot.

Sebab, menurut Poppy, Raffi dan Nagita hampir selalu dijadikan solusi cepat untuk membuat apapun menjadi bahan perbincangan.

"Mau buat saya sendiri ada beberapa hal yang bikin concern, menjadikan Nagita ikon PON itu adalah cara yang istilahnya nggak mau repot. Raffi Nagita sepertinya hampir selalu dijadikan solusi cepat buat bikin apapun jadi bahan perbincangan," kata Poppy saat dihubungi, Kamis (3/6/2021) malam.

"Nggak dipungkiri memang Nagita cantik, bagus imagenya, digital presence juga bagus. Namun, saat kemudian seolah divisualisasikan sebagai representasi Papua, jadi insensitive dan berpotensi cultural appropriation. She is too privileged to represent Papua yang sampai detik ini masih jadi PR besar buat negara ini. Apalagi kalau sampai bayarannya spektakuler ya, lebih insensitive lagi buat semua teman-teman di Papua," sambungnya. 

Terkait klarifikasi panitia PON soal penunjukkan Raffi dan Nagita karena memiliki banyak pengikut di media sosial sehingga dapat mensosialisasikan event ini secara luas ke masyarakat Indonesia pun dinilai Poppy sebagai sikap yang tak mau repot.

"Ya itu. Pemalas nggak mau repot. Masa pertimbangannya hanya sekedar follower base aja?! Coba deh perhatikan engagementnya. Postingan-postingan mereka rata-rata nggak sampe 10% engagementnya. Artinya, palingan hanya sekitar 1 juta yang mau berinteraksi sama konten mereka, terlepas mereka punya 52.9 jt followers ya," kata Poppy.

Tak memungkiri, Poppy juga setuju terkait persoalan setiap warga negara Indonesia (WNI) berhak menjadi Ikon PON. Namun, ia menilai bahwa tidak semua patut menjadi Ikon PON.

"Apa yang membuat mereka patut jadi ikon? Balik lagi palingan ke followers based mereka. Kan konyol. It's all about representation. Masa Indonesia direpresenyasikannya sama Raffi Nagita mulu? Bosen banget mulai dari vaksin pertama sampai PON," ujar Poppy.

"Mereka kasih statement hire loh, jadi mereka keluarin duit buat bayar Raffi. Bayar Influencer. Kaya KOL (key opinion leader) tuh jadi kuncian buat promo. Kebayang nggak insensitifnya saat habis ngidam beli villa harga MMan terus dijadikan Ikon PON di Papua? Jadi kaya kasus Kendall Jenner soal cultural appropriation di iklan produk tequillanya," tutup Poppy.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait