URtrending

Ramai Kasus Predator Seksual dari Malang, Begini Ceritanya

Nunung Nasikhah, Jumat, 20 Maret 2020 14.10 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ramai Kasus Predator Seksual dari Malang, Begini Ceritanya
Image: istimewa

Malang – Publik Malang belum lama ini dihebohkan dengan sebuah kasus pemerkosaan yang diceritakan melalui utas di twitter.

Cerita itu diposting oleh akun @sesenggukkan yang diketahui bernama Eri, pendamping dari korban pemerkosaan tersebut melalui utas berjudul “Trigger Warning: Sexual Abuse and Rape”.

Peristiwa tersebut terjadi pada 15 September 2019 lalu. Sang korban yang diketahui berinisial P dijemput oleh pelaku yang bernama Dio Verryaji Primananda atau akrab disapa Tambun. Tambun ini merupakan seorang personel Band asal Malang dan berprofesi sebagai barista.  

Korban dan Tambun pergi berdua untuk mengopi di sebuah coffee shop di daerah Jalan MT Haryono, Kota Malang. Saat keduanya tengah asyik bercengkerama, seorang teman dari meja sebelah meminta Tambun untuk menemaninya membeli wiski.

“Kemudian Tambun menawarkan untuk ikut patungan kemudian kami minum wiski di sana ditambah TJ (barista kedai tersebut) juga ikut bersama kami bertiga satu meja,” tulis Eri, menceritakan kisah korban.

Setelah menenggak minumannya, Tambun dan P perlahan mulai hilang kesadaran. Korban mengira Tambun akan mengantarkannya pulang. Namun, mereka hanya melewati belokan yang mengarah ke kosan P.

”Loh mbun, kok ga belok?” Dia diam. “Mbun, aku pulang aja.” Dia tidak menghiraukanku. “Mbun, nanti Galih (kekasihku, disamarkan) tau”. “Engga... Gak bakal tau”, B*****t! Apa yang direncanakannya?,” kata korban saat itu.

Merasa ada yang tidak beres, korban kemudian berusaha mengumpulkan kesadaran dan mencari pertolongan. Ia memutuskan menghubungi kekasihnya melalui chat karena takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika langsung meminta bantuan melalui telepon.

Benar saja. Tambun membawa korban ke kamar kosnya. P mengaku tidak ingat bagaimana ia bisa sampai di kamar kosan Tambun. Ia hanya teringat ia sudah berbaring di atas karpet kamar kos Tambun.

Ia sempat tertidur karena merasakan pening yang amat sangat. Ketika terbangun, korban langsung mengecek handphone miliknya dan sempat mengirim lokasi ia berada kepada kekasihnya. Kemudian, ia menunggu.

Setelah itu, Tambun mematikan lampu, mengunci pintu kamarnya, dan berbaring di atas kasurnya. Tambun juga mengajak P untuk bergabung bersamanya di kasur.

P berulang kali menolak hingga akhirnya Tambun mengangkat tubuh P ke atas kasur. P yang membelakangi Tambun tiba -tiba saja dikagetkan oleh aksi Tambun memeluk pinggang P. Tambun juga berusaha mencium P yang berulang kali menolak.

Namun, tangan Tambun tetap saja merayap ke sekujur tubuh P yang masih berpakaian lengkap termasuk jaketnya. P merasakan mati rasa pada tangannya. Karena keadaan ruangan gelap, ia tidak bisa melihat apa-apa. 

Kemudian Tambun melepas celana P dan mulai memperkosa P. P menangis dan berteriak namun tidak ada yang mendengarnya.

“Mungkin kejadian itu baru beberapa menit, tapi bagiku, 22 tahun yang susah payah kubangun hancur, menaraku runtuh, selesai sudah hidupku. Tambun mengeksekusi nafsunya tanpa mengingat aku manusia, seorang kawan,” tulis Eri.

Tambun bahkan juga membekap mulut dan hidung P seiring semakin kerasnya ia berteriak. Bahkan, P mulai kesulitan bernafas dan merasakan teror yang tak terkira sampai ia mengira ia mati pada saat itu.

“Melihatku kesulitan bernapas Tambun melepaskan bekapannya dan saat itu juga kekasihku mendobrak pintu. Dia datang. Dia menghentikan penderitaanku sesaat hari itu. Namun tidak untuk selamanya,” imbuhnya.

Ternyata, ini bukan pertama kalinya Tambun melakukan hal semacam itu. P mengatakan bahwa beberapa teman dan kenalannya juga menjadi korban.

Tambun selalu berdalih bahwa perlakuannya itu karena efek dari minuman yang ia tenggak. Ia mengatakan bahwa setiap mabuk, ia selalu kehilangan kontrol akan dirinya. Tambun sering mengajak perempuan dari berbagai kalangan untuk minum bersama. 

Selain menjadi pelaku kejahatan seksual, ia juga dikenal sebagai pribadi yang manipulatif dalam menjalin hubungan.

Atas kejadian ini, kelompok yang menamai diri sebagai “Aliansi Anti Predator Seksual” mengecam perbuatan tersebut dan menuntut Tambun untuk membuat pernyataan maaf terbuka kepada seluruh korban dan pihak-pihak yang turut dirugikan oleh perbuatannya.

Mereka juga meminta Tambun untuk menarik diri dari kegiatan berkeseniannya di kota Malang agar tidak menimbulkan korban baru.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait