'Resesi Seks' Hantui Cina, Catat Angka Kelahiran Terendah Sejak 1980

Jakarta - Cina, sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, tengah mengalami krisis angka kelahiran. Berdasarkan data pada tahun 2020, Biro Statistik Nasional Cina mencatatkan angka kelahiran hanya 8,52 per seribu orang. Ini adalah angka kelahiran terendah Cina dalam 43 tahun terakhir.
Jika ditarik mundur ke belakang, Cina pada awalnya sangat ketat membatasi kelahiran bayi. Sejak tahun 1980 mereka membuat kebijakan 1 anak dalam satu keluarga. Kebijakan ini berlaku sampai 2015, setelah Pemerintah mengakui bahwa Cina sedang berada di ambang penurunan demografis.
Penyebab Seks Resesi di Cina
Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi? Ada banyak faktor yang melatarbelakangi rendahnya angka kelahiran di Cina. Pakar demografi menyebut bahwa angka kelahiran ini turun karena minimnya keinginan perempuan Cina untuk menikah dan punya anak. Kondisi ini biasa disebut sebagai resesi seks.
Liga Pemuda Komunis Cina dalam publikasinya pada Oktober 2021 mencatatkan hampir 50 persen perempuan di Cina, khususnya yang tinggal di perkotaan, tidak mau menikah. Alasannya beragam, mulai dari tidak percaya pada pernikahan, tidak punya waktu dan energi untuk menikah, hingga tidak percaya cinta.
Survei oleh Think-Thank YuWa Population Research pada Februari 2022 juga menunjukkan bahwa keinginan perempuan Cina untuk punya anak adalah yang terendah di dunia.
Tak hanya itu, kebijakan zero-COVID-19 atau nol-COVID-19 di Cina juga ikut mempengaruhi pilihan warganya untuk tidak mempunyai anak, kata ahli demografi.
"Kebijakan nol-COVID Cina telah menyebabkan ekonomi nol, pernikahan nol, dan kesuburan nol," ucap ahli demografi Cina, Yi Fuxian dikutip Urbanasia dari Reuters, Senin (22/8/2022).
Dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pandemi COVID-19 memiliki dampak jangka panjang atas minimnya angka kelahiran. Banyak wanita khawatir akan keamanan finansial mereka. Mereka terbayang-bayangi kesulitan hamil dan merawat bayi di tengah pembatasan pandemi.
Baca Juga: Fakta-fakta Virus Langya di Cina, Bahayakah?
"Pasangan yang berpikir ingin punya anak tahun depan, pasti jadi menunda punya anak. Sementara, pasangan yang tidak yakin mau punya anak, akan menunda punya anak tanpa batasan waktu," ucap Perwakilan Dana Kependudukan PBB untuk Cina, Justine Coulson.
Selain itu, sistem kerja di Cina juga perlu diperbaiki lantaran hal itu dianggap jadi penyebab utama minimnya angka kelahiran di Cina. Demografer mengatakan bahwa di Cina, biaya pendidikan tinggi tapi upah karyawan rendah. Jam kerja karyawan pun terlalu panjang.
Kultur bekerja yang ramai diterapkan di Cina saat ini adalah 9-9-6. Artinya bekerja dari pukul 9.00 pagi sampai 21.00 malam selama enam hari dalam seminggu. Kultur kerja ini turut dipakai oleh perusahaan raksasa seperti Alibaba hingga JD.com.