URtainment

Review 'Black Panther: Wakanda Forever' (2022)

Kintan Lestari, Rabu, 9 November 2022 21.46 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Review 'Black Panther: Wakanda Forever' (2022)
Image: Salah satu adegan di film 'Black Panther: Wakanda Forever'. (Marvel Studios)

Jakarta - Setelah lama dinanti, film 'Black Panther: Wakanda Forever' tayang mulai hari ini (9/11/2022) di bioskop Tanah Air. Seperti apa kisah di negeri Wakanda selanjutnya? Simak review film 'Black Panther: Wakanda Forever' dari Urbanasia di bawah ini!

Mengandung Spoiler

'Black Panther: Wakanda Forever' dibuka dengan adegan emosional yang bikin penonton terenyuh ke dalamnya, yakni kematian Raja T'Challa yang diperankan mendiang Chadwick Boseman. Sutradara Ryan Coogler berhasil membawa penonton mengenang sang raja Wakanda di dunia nyata dengan cara yang tak disangka. Coogler menunjukkan tribute terakhir untuk mendiang Chadwick Boseman di dalam adegan dengan mulus tanpa dipaksakan.

Untuk plot cerita, seperti film Marvel lainnya, tentu saja ada musuh baru yang harus dilawan. Namun alih-alih melawan musuh dalam bentuk fisik, meski memang ada adegan pertarungan fisik antara negeri Wakanda dan Namor, tapi Coogler lebih ingin menekankan perlawanan para karakter menghadapi musuh dalam diri mereka sendiri, yaitu dendam, rasa bersalah, rasa kehilangan, dan perasaan tak rela melepaskan orang berharga mereka.

Baca Juga: Review Film 'Qodrat', Ketika Keimanan Ahli Rukiah Diuji

Coogler membuat semua karakter tampak manusiawi. Perasaan egois dan rapuh merayapi Shuri, Ratu Ramonda, sampai Nakia meski secara fisik dan kepintaran mereka semua punya kemampuan di atas rata-rata orang biasa. Untuk Shuri, Coogler sukses menunjukkan perkembangan karakter Shuri sebagai orang yang ditinggalkan keluarganya namun dipaksa keadaan harus menjadi pemimpin Wakanda. 

Di satu sisi mungkin kalian akan kesal dengan keputusannya. Apalagi ketika sosok yang muncul dalam bawah sadarnya adalah Killmonger yang diperankan Michael B. Jordan. Tapi di sisi lain, jika dipikirkan, sikap yang ditunjukkan Shuri sebenarnya wajar. Kemunculan Namor untuk menjadi tombol pemicu character development Shuri merupakan ide bagus. Namor sendiri sebagai villain di film kedua ini sejujurnya tidak membuat penonton membencinya.  

Sinematografi dan efek visual di film ini sungguh mempesona, terutama ketika adegan yang memperlihatkan kerajaan Namor yakni Talocan. Untuk jokes di film ini sebenarnya tidak begitu banyak dan tidak terlalu mengocok perut.

Durasi 2 jam 41 menit untuk film ini sebenarnya tidak terlalu membuat jenuh. Namun cara Marvel memasukkan Riri Williams untuk memperkenalkan karakter tersebut di semesta Marvel dampaknya kurang. Riri yang menciptakan mesin penemu vibranium sehingga mengekspos kerajaan Namor dan berusaha dilindungi Wakanda justru menjadi karakter yang terpinggirkan ketika perang Wakanda dengan Namor. Padahal dia adalah sosok yang sangat ingin dihabisi Namor.

Karakter Everett Ross di sini juga kurang penting, sehingga bila dia diedit dari film pun tidak akan mempengaruhi jalannya cerita. Secara keseluruhan, 'Black Panther: Wakanda Forever' merupakan penutup manis untuk fase keempat Marvel Cinematic Universe. 

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait