URguide

Romantisisasi Depresi, Self Diagnose, dan Waktu yang Tepat Cari Pertolongan

Nivita Saldyni, Minggu, 6 Desember 2020 15.49 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Romantisisasi Depresi, Self Diagnose, dan Waktu yang Tepat Cari Pertolongan
Image: Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog tentang pikiran stres (Photo by christopher lemercier on Unsplash)

Malang - Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Malang, M. Salis Yuniardi, mengungkap fakta menarik di balik fenomena romantisisasi depresi yang kerap terjadi di kalangan remaja akhir-akhir ini.

Menurutnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan hal tersebut. Salah satunya, menurunnya kehangatan keluarga dan meningkatnya penggunaan media sosial.

"Kalau saya cenderung melihat bahwa kebiasaan romantisasi ataupun dramatisasi depresi pada remaja terjadi karena semakin berkurangnya kohesifitas dan kehangatan keluarga ditambah dengan meningkatnya pemanfaatan media sosial," kata Salis kepada Urbanasia, Minggu (6/12/2020).

Menurutnya dua hal ini saling berhubungan dan membuat remaja pada umumnya lebih memilih media sosial sebagai tempat curhat ketimbang bercerita ke orang terdekat ataupun profesional.

"Sehingga jika remaja mengalami masalah, mereka lebih memilih curhat di media sosial dengan melabeli diri depresi daripada misal berbagi dengan orang tua atau keluarga. Selain bisa juga enggan ke guru BK karena tidak mau dianggap anak bermasalah, atau enggan ke psikolog karena selain persoalan stigma di masyarakat, juga persoalan akses misalnya informasi, biaya, dan lain sebagainya," jelasnya.

Nah, kamu juga harus tahu bahwa pelabelan 'depresi' kepada diri sendiri itu nggak boleh dilakukan loh. Sebab menurut Salis, yang bisa memutuskan kondisi kesehatan mental seseorang adalah para tenaga profesional, seperti psikolog dan psikiater.

"Self identification boleh, tapi self diagnosis tidak boleh karena itu wewenang profesional seperti psikolog dan psikiater," katanya.

Namun, self identification pun juga harus dilakukan dengan cara yang benar loh. Kamu harus mengerti dan memahami dulu tentang kesehatan mental, jika dirasa ada beban yang mulai mengganggu fungsi hidup, seperti penurunan energi dan mudah jenuh dalam sekolah, mulai ada masalah dengan tidur ataupun makan, bisa cari skala-skala di website kesehatan mental untuk screening/identifikasi kondisi mental kita, misal DASS atau depression, anxiety, dan stress scale.

"Jadi tidak boleh mengira-ngira sendiri. Apalagi belum melakukan idenfikasi, sudah self diagnose 'aku ini depresi'. Inilah yang disebut romantisisasi depresi, dan jika sudah ada motif cari perhatian maka jadi dramatisasi depresi," jelasnya.

Menurut Salis, jika hasil identifikasi kondisi mental Urbanreaders nilainya cukup tinggi, maka artinya kamu butuh pertolongan guys.

"Kemudian jika memang skornya tinggi, maka di sinilah waktu yg tepat untuk segera cari pertolongan profesional (psikolog/psikiater)," tutupnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait