URedu

Satgas COVID-19 Jatim Izinkan Pembelajaran Tatap Muka di Zona Hijau

Nunung Nasikhah, Senin, 10 Agustus 2020 13.10 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Satgas COVID-19 Jatim Izinkan Pembelajaran Tatap Muka di Zona Hijau
Image: Ilustrasi pembelajaran tatap muka. (dispendik.surabaya.go.id)

Surabaya – Proses belajar mengajar selama masa pandemi COVID-19 di wilayah Jawa Timur saat ini masih dilakukan secara daring atau online.

Namun, Satgas COVID-19 Jawa Timur telah memberi sinyal bahwa pembelajaran tatap muka akan bisa kembali dilakukan.

Syaratnya, wilayah yang akan menerapkan pembelajaran tatap muka harus sudah masuk zona hijau atau dengan risiko terkontrol.

Ketua Tim Rumpun Kuratif Satgas COVID-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi menegaskan, pihaknya tidak ingin terburu-buru untuk segera memberlakukan sekolah secara tatap muka di tengah pandemi COVID-19.

"Berdasar pedoman pembukaan sekolah secara tatap muka harus menunggu adanya zona hijau sehingga tidak terjadi klaster penyebaran virus yang baru,” ungkap Joni, seperti dikutip dari website resmi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Timur (10/8/2020).

“Menurut saya harus hijau dulu, RT (rate of transmission) di bawah 1 artinya penularan turun atau gak ada case (kasus baru), sehingga kans timbulnya penyakit itu kecil,” imbuhnya.

Joni menegaskan, sangat penting berkaca pada pengalaman yang dilakukan oleh Cina saat awal membuka pendidikan secara tatap muka dengan protokol yang ketat, namun justru masih ditemukan ada penyebaran kasus baru.

Akhirnya kata Joni, dalam dua minggu awal tercatat ada 70 yang dinyatakan positif COVID-19 baru di Cina.

Meski kasus COVID-19 pada anak-anak di Jatim sangat rendah, namun jika dibuka tanpa mempertimbangkan kajian epidemologi akan menjadi bahaya. Sebab, menurut Joni, ada perbedaan klinis antara anak-anak dengan orang dewasa.

“Memang case pada anak-anak tidak banyak. Cuma pada anak-anak klinisnya beda dengan dewasa sehingga harus hati-hati karena penerapan protokol kesehatan pada anak-anak sangat sulit,” ujarnya.

“Mereka kan kalau udah ketemu kawan seperti itu makanya harus hati-hati. Anak-anak gejala tidak terlalu khas jadi harus hati-hati. Bahkan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengingatkan harus hati-hati,” lanjutnya.

Untuk membuka sekolah, lanjut Joni, harus dilakukan prakondisi terlebih dahulu dengan melakukan simulasi melihat perilaku anak-anak.

Selain itu juga harus ada proteksi ketat dan evaluasi dengan dilakukan sistem periodisasi testing untuk memastikan apakah ada kasus konfirmasi baru atau tidak. Apabila tidak, kata Joni, maka sekolah bisa mulai dibuka.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait