URstyle

Siapkan Strategi, Indonesia Sambut Wisatawan Australia di Era New Normal

Kintan Lestari, Sabtu, 1 Agustus 2020 21.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Siapkan Strategi, Indonesia Sambut Wisatawan Australia di Era New Normal
Image: Ilustrasi wisatawan. (Pixabay/JESHOOTS-com)

Jakarta - Sektor pariwisata nampaknya bisa mulai bernapas lega setelah perekonomian nasional kembali dibuka sedikit demi sedikit.

Berlibur di era new normal pun menjadi tren baru dengan menerapkan berbagai protokol kesehatan yang berlaku.
 
Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I (Indonesia, ASEAN, dan Oseania) Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif Republik Indonesia mengatakan, wisatawan Australia memiliki peluang paling besar untuk kembali melancong ke Tanah Air mengingat negara tersebut cukup dekat dengan Indonesia.

Hal itu ia ungkapkan dalam acara 'Indonesian Sellers Meeting: Australia Update - Insights To Tap The Youth FIT Segment', pada 30 Juli 2020 di platform online. 

Tujuan dari acara tersebut adalah untuk mengetahui update pasar Australia dan menciptakan peluang bisnis bagi para stakeholder pariwisata. 

“Kita dapat membangun strategi yang kuat dan bermakna untuk menyambut para wisatawan Australia ke Indonesia. Kami tahu bahwa cepat atau lambat, turis Australia akan datang ke Indonesia, tetapi kami sangat berharap semakin cepat semakin baik," ungkap Vinsensius dalam keterangan resmi yang dikutip Urbanasia, Sabtu (1/8/2020).

Menurutnya, generasi Z dan milenial diprediksi menjadi kelompok yang lebih dulu memulai berwisata usai pandemi COVID-19 mereda. Hal ini juga akan menjadi tren pariwisata global. 

Selain itu grup kecil juga akan menjadi tren bagi wisatawan internasional untuk bepergian di era new normal.

Dalam kesempatan yang sama, Manajer Produk Asia Tenggara Intrepid Tom McDonald juga menuturkan, tren pariwisata di era new normal layaknya petualangan dengan melihat dunia tanpa keramaian.

Menurutnya, jenis pariwisata tersebut nantinya akan fokus pada perjalanan yang kaya akan pengalaman dan jarang dilalui banyak orang.

"Jadi sellers Indonesia harus memungkinkan menjual produk dan layanan mereka pada pasar Australia dengan memenuhi standar kesehatan dan keselamatan, keberlanjutan, dan perjalanan yang bertanggung jawab, dan layak dengan biaya yang dikeluarkan," kata Tom.

Sementara itu, Editor Lifestyle Urban List, Morgan Reardon, mengatakan terjadi perubahan nilai dan perilaku orang Australia selama COVID-19. 

Tercatat 82 persen orang Australia berpikir tidak akan tinggal di tempat lain, dan 51 persen memiliki kebanggaan sebagai orang Australia.

Namun, hampir 45 persen warga Australia siap melakukan perjalanan antarnegara jika perbatasan dibuka kembali. 

Itu berarti Australia memprioritaskan menjelajahi halaman belakang mereka sendiri, tetapi Gen Z memiliki selera terbesar untuk pergi ke luar negeri.

"Jadi, kemana mereka akan pergi? Bagi orang Australia saat ini adalah Selandia Baru, tetapi Bali juga menjadi topik pembicaraan mereka," ujarnya.

"Sebagai kesimpulan, wisatawan Australia pasca COVID-19 masih mencari petualangan, mereka pecinta makanan, masih memiliki hasrat besar untuk bepergian dan mereka punya uang tunai untuk dibelanjakan," sambung Morgan.

Pada kesempatan yang sama, Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Australia Miriam Tulevski mengatakan Australia berada di tengah gelombang kedua COVID-19 dengan jumlah kasus hampir 15 ribu orang. 

Karena itu guys, Australia Barat menutup aksesnya. Padahal wilayah tersebut merupakan sumber wisatawan terbesar untuk Bali dengan jumlah mencapai 500 ribu pengunjung per tahun.

"Dalam hak konektivitas, saat ini hanya Garuda Indonesia yang terbang ke Indonesia, mereka melakukannya dari Perth, Sydney, Melbourne dan hanya ke Jakarta setiap 2 minggu. Di Australia, ada Virgin Australia yang akan fokus pada penerbangan domestik," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait