URnews

Soal Alutsista, Pengamat Sebut Ada Mafia dalam Sistem Pertahanan Indonesia

Nivita Saldyni, Jumat, 30 April 2021 13.04 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Soal Alutsista, Pengamat Sebut Ada Mafia dalam Sistem Pertahanan Indonesia
Image: Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie. (Instagram @connierahakundinibakrie)

Jakarta - Dugaan adanya mafia bisnis dalam sistem pertahanan Indonesia kian mencuat saat peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala-402 terjadi beberapa waktu lalu. Ia disebut-sebut sebagai dalang di balik carut-marutnya masalah alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI kita.

Hal ini diungkapkan oleh pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie dalam diskusi online yang ditayangkan di YouTube Medcom.id pada Minggu (25/4/2021). Connie bahkan menyebut sosok berpengaruh di balik ini semua sebagai 'Mister M'.

"Mister M, (disebut) mister M aja," kata Connie dalam acara tersebut, seperti dilihat Urbanasia pada Jumat (30/4/2021).

Namun Connie enggan membocorkan lebih jauh kepada publik terkait sosok tersebut. Namun yang jelas, Connie menilai bahwa angkatan bersenjata kita sedang 'sakit'.

"Persoalan utama menurut saya sih kita gak punya kesadaran pertahanan, as simple as that. Dari mulai pemimpin tertinggi sampai terendah," kata Connie.

Ia pun mencontohkan beberapa kasus yang telah dan sedang terjadi terkait sistem pertahanan Indonesia. Misalnya saja masalah kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) terkait pembuat pesawat tempur yang dikebal dengan KFX-IFX (Korean Fighter Xperiment dan Indonesia Fighter Xperiment) yang belakangan diketahui terancam gagal sejak Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menolak untuk melanjutkan kerja sama tersebut.

Sebab menurut Anggota Komisi I DPR M Farhan yang ikut dalam acara tersebut, Indonesia sudah punya komitmen US$2 miliar untuk pengembangan proyek KFX-IFX. Namun dengan kondisi sekarang, Indonesia terancam kena denda senilai US$450 juta. Sehingga ada sisa US$1,3 miliar dari anggaran. Sayangnya Komisi I tidak pernah menerima informasi kemana uang tersebut akan dibelanjakan.

Begitu juga dengan proyek kendaraan taktis (rantis) Maung yang digagas Kementerian Pertahanan (Kemhan). Menurutnya kasus modifikasi Toyota Hilux dalam proyek itu juga termasuk bagian dari korupsi.

"Ini menurut saya bagian dari korupsi loh, jangan salah. Pertama dia beli Hilux-nya tuh utuh yang diambil hanya sasis kemudian yang lain-lain dijual kembali padahal harga yang dicharge itu harga satu mobil," ungkap Connie.

Terbaru terkait kapal selam KRI Nanggala-402, ia menyebut bahwa ada masalah dalam audit MRO (maintenance, repair, overhaul). Apalagi jika menurut hasil laporan terakhir, maka ia menilai bahwa kapal tersebut seharusnya tidak bisa beroperasi.

"Saya punya kok laporan dokumen terakhir hasil maintanence-nya. Dengan segala hormat, saya bisa kasih ke Pak Ponto (mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksda TNI (Purn) Soleman Ponto). Kalau Pak Ponto waktu itu pegang MRO, gak akan diijinkan kapal itu (KRI Nanggala-402) bergerak. Yakin saya. Saya punya report dari mulai Maret kemarin tentang kondisi kapal selam tersebut dan dari sebelumnya tentang torpedo," jelasnya.

Namun seperti yang kita tahu, kapal itu tetap bergerak. Hingga akhirnya membuat kita kehilangan 53 prajurit terbaik bangsa. Hal inilah yang sangat disayangkan Connie. Menurutnya Indonesia harus segera punya roadmap pertahanan yang ideal.

Sehingga menurutnya jika Indonesia benar-benar ingin memperbaiki permasalahan alutsista demi kepentingan bangsa, terutama sistem pertahanan TNI kita sekaligus menyesuaikan dengan peta jalan atau roadmap yang ada, maka mafia-mafia ini seharusnya segera disingkirkan.

"Tapi sekali lagi pemain-pemain yang gak perlu itu out," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait