URguide

Sosok Indra Rudiansyah, Pemuda Indonesia di Balik Riset Vaksin AstraZeneca

Kintan Lestari, Jumat, 23 Juli 2021 08.51 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sosok Indra Rudiansyah, Pemuda Indonesia di Balik Riset Vaksin AstraZeneca
Image: Indra Rudiansyah, mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam tim penelitian vaksin AstraZeneca. (YouTube Deutsche Bank)

Jakarta - Sejumlah vaksin diciptakan untuk melawan virus COVID-19, salah satunya adalah vaksin AstraZeneca. Tapi Urbanreaders tahu nggak siapa pembuat vaksin tersebut?

Yap, betul, pembuatnya adalah Sarah Gilbert. Gilbert dan timnya sukses mengembangkan vaksin COVID-19 AstraZeneca di laboratorium Jenner Institute. 

Nah, rupanya dalam pembuatan vaksin itu ada kontribusi orang Indonesia loh. Kontribusi itu berasal dari Indra Rudiansyah. Siapakah dia?

Indra merupakan mahasiswa penerima beasiswa LPDP yang sedang menempuh studi di program doctoral Clinical Medicine dari salah satu perguruan tinggi paling bergengsi sejagat raya, yakni University of Oxford, Inggris.

Mulanya Indra sedang mengembangkan vaksin malaria untuk studinya. Tapi karena pandemi COVID-19 merebak ke hampir seluruh dunia, kegiatan riset yang tengah dilakukan difokuskan untuk penanganan virus tersebut.

Untuk bergabung dengan tim peneliti vaksin AstraZeneca tidaklah mudah karena hanya yang paling kompeten dari berbagai spesifikasi keahlian di bidang pengembangan vaksin yang lolos kualifikasi. 

Dan lulusan S2 Bioteknologi ITB itu punya kompetensi dalam menguji antibody response dari para relawan vaksinasi. Luar biasa ya!

"Pengerjaan proyek ini sangat menantang karena kita berpacu dengan waktu dan virus itu, kita tahu banyak orang meninggal karena COVID-19. Tantangan lainnya adalah kita perlu bekerja di situasi berbeda karena pandemi, menjaga jarak sosial dan menciptakan lebih sedikit fleksibilitas di lab," kata Indra seperti dikutip Urbanasia dari YouTube Deutsche Bank, Jumat (23/7/2021).

"Saya merasa bangga bisa tergabung dalam proyek ini karena saya bisa berkontribusi pada masyarakat dan melawan pandemi. Dan saya juga bersyukur bisa bekerja dengan banyak orang bertalenta dan ahli di bidangnya," 

Umumnya untuk membuat vaksin memakan waktu cukup lama, sekitar 5 tahunan. Namun karena kondisi yang ada, Indra dan seluruh tim vaksin AstraZeneca harus berpacu dengan waktu. 

Dan akhirnya dalam waktu 6 bulan, tim bisa membuat vaksin AstraZeneca mendapat uji preklinis dan inisial data untuk safety, serta imunogenitas di manusia. 

Riset itu dilakukan 560 orang dewasa yang sehat, termasuk 240 orang berusia di atas 70 tahun. Dan hasil riset menunjukkan kalau vaksin AstraZeneca lebih dapat ditoleransi khususnya pada golongan masyarakat usia tua. 

Buah usaha Indra dan tim peneliti vaksin kita rasakan saat ini. Lebih dari 600 juta vaksin AstraZeneca sudah dipasok ke berbagai negara, termasuk Indonesia. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait