URnews

Studi Sebut Campuran Vaksin AstraZeneca-Pfizer Hasilkan Respons Imun yang Kuat

Nivita Saldyni, Selasa, 29 Juni 2021 20.25 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Studi Sebut Campuran Vaksin AstraZeneca-Pfizer Hasilkan Respons Imun yang Kuat
Image: Ilustrasi vaksin COVID-19. (Freepik/rawpixel)

Jakarta - Hasil studi peneliti dari Universitas Oxford menyebut, kombinasi vaksin COVID-19 Pfizer dan AstraZeneca mampu menciptakan respons kekebalan yang kuat terhadap virus Corona. 

Penelitian yang diberinama Com-COV ini dilakukan oleh Dr Matthew Snape, seorang ahli vaksin di University of Oxford bersama rekan-rekannya. Melansir dari BBC, setidaknya ada tiga poin menarik dari hasil penelitian ini.

Pertama, hasil penelitian terhadap 830 sukarelawan berusia 50 tahun di atas ini menemukan bahwa kombinasi kedua vaksin ini bisa menginduksi antibodi yang lebih kuat ketimbang dua dosis AstraZeneca. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan pemberian vaksin AstraZeneca yang diikuti oleh Pfizer menginduksi antibodi dan respons sel T yang lebih tinggi daripada sebaliknya. 

Terakhir, Snape dan rekan-rekannya menemukan bahwa respons antibodi tertinggi terlihat setelah pemberian dua dosis Pfizer. Sementara respons sel T tertinggi didapat dengan pemberian vaksin AstraZeneca yang diikuti oleh Pfizer.

Hasil penelitian ini, kata Snape, dapat digunakan untuk memberikan fleksibilitas pada vaksin. Tapi tak cukup besar untuk merekomendasikan penggunaan yang lebih luas dari jadwal yang telah disetujui secara klinis. Untuk itu ia menyebut bahwa temuan itu tidak bermaksud merusak kebijakan Pemerintah Inggris untuk memberi dua dosis vaksin yang sama.

"Kita sudah tahu bahwa kedua standar sangat efektif melawan penyakit parah dan rawat inap, termasuk terhadap varian Delta ketika diberikan pada jarak delapan hingga 12 minggu," katanya kepada wartawan seperti dikutip dari BBC, Selasa (29/6/2021).

Sementara peneliti dalam jurnal medis Lancet menyebutkan bahwa pemberian dosis campuran Pfizer diikuti oleh vaksin AstraZeneca atau sebaliknya akan menghasilkan konsentrasi antibodi yang tinggi terhadap COVID-19 ketika diberikan dalam selang waktu empat minggu. Hal tersebut lebih singkat dari jadwal delapan sampai 12 minggu yang paling umum digunakan di Inggris.

Merespons hal tersebut, Wakil Kepala petugas medis Inggris, Prof Jonathan Van-Tam mengatakan tidak ada alasan untuk mengubah jadwal vaksin dosis sama yang tengah digelar di Inggris saat ini. Namun ia tak menutup kemungkinan bahwa kombinasi itu akan digunakan di kemudian hari.

"Mencampur dosis dapat memberi kami fleksibilitas yang lebih besar untuk program booster, sementara juga mendukung negara-negara yang masih harus melanjutkan peluncuran vaksin mereka, dan yang mungkin mengalami kesulitan pasokan (vaksin)," katanya.

Namun ternyata pemberian dosis campuran sudah dilakukan oleh beberapa negara. Seperti misalnya Spanyol dan Jerman yang menawarkan vaksin mRNA Pfizer atau Moderna sebagai dosis kedua kepada orang yang lebih muda yang telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait