Sprinter AS Pertanyakan Skater Rusia Bisa Lolos Tanding Meski Gagal Tes Doping

Jakarta - Pelari cepat Amerika Serikat (AS), Sha'Carri Richardson (21), mempertanyakan keputusan Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang mengizinkan skater Rusia Kamila Valieva (15) untuk bersaing pada Olimpiade Beijing 2022. Padahal Valieva hasil tes doping yang dilakukan menunjukkan dirinya positif menggunakan obat terlarang trimetazidine.
Respons Richardson itu diutarakannya lewat Twitter usai IOC pada Senin (14/2/2022) menyatakan bahwa Valieva diizinkan untuk terus berkompetisi.
"Bisakah kita mendapatkan jawaban yang kuat tentang perbedaan situasi dirinya dan aku? Ibuku meninggal dan aku tak bisa berlari dan juga diunggulkan untuk menempati posisi 3 teratas. Satu-satunya perbedaan yang aku lihat adalah aku seorang wanita muda kulit hitam," kata Richardson membalas cuitan tentang pernyataan Direktur Jenderal Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) Matthieu Reeb, seperti dikutip pada Rabu (16/2/2022).
Yap, Richardson harus kehilangan kesempatan untuk berlaga pada Olimpiade Tokyo 2020 tahun lalu setelah dinyatakan positif menggunakan ganja. Penangguhan Richardson membuat banyak tokoh angkat bicara, termasuk Presiden Biden yang meminta Badan Anti-Doping AS untuk melonggarkan kebijakannya seputar ganja.
Namun akhirnya, ia tetap kehilangan tempatnya di tim AS dan tak bisa bertanding untuk memperebutkan medali di 100 meter putri. Posisinya pun digantikan oleh Jenna Prandini.
Sementara itu, Kamila Valieva dinyatakan positif menggunakan trimetazidine—zat yang terkandung dalam obat angina dan vertigo—pada 25 Desember lalu. Zat tersebut masuk dalam daftar obat yang dilarang Badan Anti-Doping Dunia (WADA) karena dapat meningkatkan aliran darah serta membantu daya tahan.
Namun CAS pada Senin lalu memutuskan bahwa atlet muda itu diizinkan untuk tetap berkompetisi di Olimpiade Beijing 2022. Mereka juga menolak banding dari IOC, WADA, dan Persatuan Skating Internasional yang meminta agar sanksi larangan bertanding terhadap atlet berusia 15 tahun itu diterapkan lagi. Menurut CAS, kasus ini merupakan 'keadaan luar biasa', mengingat status Valieva yang masih anak di bawah umur.
"Panel mempertimbangkan bahwa mencegah atlet berkompetisi di Olimpiade akan menyebabkan kondisi yang berbahaya,” kata Direktur Jenderal CAS Matthieu Reeb, Senin (14/2/2022).
Sementara itu dilansir dari New York Times, IOC pada hari yang sama mengatakan bahwa Valieva dapat bertanding. Namun jika ia memenangkan medali, tidak ada upacara yang akan diadakan sampai kasusnya diselesaikan. Sebab menurut pejabat antidoping Rusia, hingga 7 Februari lalu hasilnya belum dikonfirmasi, setelah dia berkompetisi dalam kompetisi skating tim.
Dengan adanya keputusan itu pula, Valieva, yang belum bebas dari doping, diizinkan ambil bagian dalam pertandingan skating nomor individu yang digelar Selasa.