URnews

Srawung Festival: Festival Sebagai Katalisator Ekonomi Kreatif

Deandra Salsabila, Kamis, 26 Agustus 2021 13.32 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Srawung Festival: Festival Sebagai Katalisator Ekonomi Kreatif
Image: Srawung Festival. (Dok. British Council)

Jakarta - Jogja Festivals baru saja meluncurkan penelitian tentang pemetaan lanskap festival seni budaya di Asia Tenggara. Penelitian tersebut akan diluncurkan pada 25-26 Agustus 2021 di Yogyakarta dalam kegiatan tahunan Srawung Festival.

Penelitian ini didasari oleh keinginan untuk memetakan dan menghubungkan festival yang ada di kawasan ini sebagai sebuah gerakan kebudayaan sipil yang telah memberikan kontribusi besar dalam praktik keanekaragaman budaya yang berperan dalam pembentukan masyarakat yang toleran, terbuka, dan penuh solidaritas. 

Selain itu, Jogja Festivals juga mendapatkan Hibah dari British Council melalui program Connections Through Culture dari peneliti utama Felencia Hutabarat dan dibantu oleh Alia Swastika dan Dinda Intan P. Putri, serta para koresponden penelitian di Thailand, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Mereka juga bekerja sama dengan Tom Fleming Creative Consultancy yang berbasis di London dan telah menyebarkan angket penelitian dan menjaring hampir 200 responden dari negara Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia selama periode April-Juni 2021.

Connections Through Culture diluncurkan pertama kali di Asia Tenggara pada Agustus 2019 untuk mempromosikan pertukaran seni dan budaya antara Inggris dan Asia tenggara. Hibah untuk sektor seni dari British Council ini pun merupakan proyek pertama untuk mendukung inovasi seniman dan organisasi seni di lima negara di Asia Tenggara dan Inggris untuk berkolaborasi dan menjalin hubungan jangka panjang. 

“British Council senang sekali dan bangga dapat ikut serta mendukung upaya pemetaan lanskap festival seni budaya di Asia Tenggara. Dalam rangka program Connections Through Culture, kami ingin mempertemukan praktisi di sektor seni dan ekonomi kreatif untuk berkolaborasi dan saling terhubung,” ujar Camelia Harahap, Head of Arts & Creative Economy British Council Indonesia lewat keterangan tertulis yang diterima Urbanasia, Rabu (25/8/2021).

Terdapat banyak data menarik yang dapat dipelajari bersama bagi para pengampu festival, pelaku, pendonor, akademisi, instansi pemerintah, media massa dan kelompok terkait lainnya dari penelitian ini. Acara ini juga akan menjadi sejarah awal pertemuan bagi para pelaku festival di seluruh Asia Tenggara. Selain menjadi upaya untuk memperkuat jaringan yang telah terjalin, acara ini juga dapat memperkuat ekosistem festival di Asia Tenggara. 

“Di tahun ketiga Srawung Festival ini, menjadi sangat spesial karena menjadi sejarah berkumpulnya untuk pertama kalinya dengan para pegiat festival Asia Tenggara. Kita semua pasti merasakan tekanan yang sama dengan dampak pandemi COVID-19 ini, tapi kita juga harus menyatukan semangat yang sama untuk dapat tetap bertahan dan tetap menjaga visi misi dari setiap festival yang telah dipertahankan hingga saat ini,” ucap Heri Pemad sebagai Ketua Jogja Festivals.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait