Studi: Kena Varian Delta dan Belum Divaksin, 2 Kali Berisiko Rawat Inap

Jakarta - Penelitian baru yang dilakukan di Inggris mengemukakan bahwa COVID-19 varian delta dapat menggandakan risiko rawat inap bagi individu yang tidak atau belum melakukan vaksinasi .
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Inggris 'The Lancet' meneliti efek dari varian delta pada kesehatan masyarakat dan tindakan sosial. Seperti diketahui, varian delta telah menginfeksi 154 negara dan menjadi yang paling banyak ditemukan beberapa bulan terakhir.
Para peneliti mengamati sekitar 8.700 pasien COVID-19 yang terinfeksi varian delta dan sekitar 34.600 dengan varian alfa. Mereka menemukan bahwa pasien yang terinfeksi varian delta dua kali lebih mungkin berakhir di rumah sakit, dibandingkan dengan pasien dengan varian alfa.
"Kehadiran perawatan darurat dikombinasikan dengan masuk rumah sakit juga lebih tinggi untuk pasien dengan varian delta, menunjukkan peningkatan penggunaan layanan perawatan darurat serta rawat inap di rumah sakit," klaim studi tersebut, dikutip Urbanasia, Selasa (31/8/2021).
Amerika Serikat (AS) telah mencapai puncak baru rawat inap, dengan rata-rata harian 100.000 untuk pertama kalinya sejak puncak musim dingin awal tahun ini ketika vaksinasi pertama kali tersedia, berdasarkan laporan The New York Times.
Pada Januari 2021, rata-rata rawat inap selama tujuh hari di AS mencapai sekitar 137.500. Florida menghadapi krisis rawat inap paling parah dengan 79 rawat inap per 100.000 orang selama 14 hari terakhir.
Negara bagian lain di Selatan, termasuk Alabama dengan rasio 61 per 100.000, Mississippi sebanyak 59 per 100.000, dan Georgia di angka 58 per 100.000, menghadapi situasi yang sama sulitnya. Ditambah, rendahnya tingkat vaksinasi di Mississippi dan Alabama yang baru menyentuh 38% populasi.