Kenali Penyebab Gangguan Bipolar dan Jenis-Jenisnya!

Jakarta - Bipolar disorder lagi ramai dibicarakan di media sosial. Gangguan mental yang menyebabkan perubahan mood ekstrem ini dikenal luas usai kasus selebgram dan pengusaha Medina Zein. Tak hanya Medina Zein, beberapa selebriti luar negeri juga banyak mengidap kondisi kejiwaan ini, mulai dari Chris Brown, Kanye West, hingga Mariah Carey.
Gejala gangguan bipolar umumnya ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem dalam satu periode waktu. Dahulu, gangguan mental ini juga dikenal dengan istilah manik depresi.
“Ciri khas bipolar adalah adanya perubahan suasana hati atau mood swing yang sangat ekstrem. Kadang dia sangat bahagia saat ada di periode mania dan sedih saat berada dalam fase depresi. Kalau jaman dulu, mungkin kita pernah dengar manik depresi, ini sama dengan bipolar sekarang ini,” kata Dewi kepada Urbanasia.
“Orang normal itu perubahan suasana hati mungkin sering terjadi. Bedanya, pada perubahan mood akan sangat cepat dan ayunannya emosinya sangat ekstrem dan bisa berubah drastis. Misalnya saat ini dia sangat bahagia, selalu ketawa lepas, dan hangat sekali, tapi besoknya berubah menjadi buruk, pesimis, dan putus asa,” lanjutnya.
Gejala Bipolar
Sumber: Freepik
Gejala bipolar dibedakan berdasarkan fase suasana hati seseorang, fase mania, fase hipomania, dan fase depresi. Ketika mengalami periode mania orang dengan bipolar (ODB) mengalami gembira berlebihan, mudah marah, merasa dirinya penting, menyusun rencana yang tidak masuk akal, sangat aktif, bergerak dan bicara sangat cepat, sering mengkritik, sulit tidur, dan halusinasi.
Sementara saat mengalami episode depresi, ODB murung dan sedih berkepanjangan, kehilangan minat terhadap sesuatu, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, sering merasa bersalah, rendah diri, hilang nafsu makan, serta sulit tidur atau tidur berlebihan.
“Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai pikiran tentang bunuh diri. dan 30% di antaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara,” jelas Dewi.
Selain episode mania dan depresi, orang dengan bipolar juga mengalami fase hipomania. Fase ini merupakan kondisi emosi yang lebih ringan dari mania. Orang-orang dalam keadaan hipomanik merasa gembira, energik, dan produktif, tapi mampu meneruskan kehidupan sehari-hari dan tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas.
“Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang dengan hipomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun, hipomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan hubungan, karier, dan reputasi,” papar psikolog yang juga merupakan Dosen Universitas Pamulang ini.
“Selain itu, hipomania sering meningkat menjadi mania penuh dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi berat. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa risiko yang sama dengan mania,” lanjutnya.
Apa Penyebabnya?
Sumber: Freepik
Hingga kini belum diketahui penyebab pasti bipolar disorder. Tapi ada beberapa hal yang bisa membuat orang mengalami kondisi ini, salah satunya faktor genetik.
Gangguan bipolar lebih sering terjadi pada orang yang memiliki keluarga dengan kondisi serupa. Sekitar 60 – 80 kasus bipolar disebabkan karena bawaan genetik dari keluarga inti, seperti ayah kandung, ibu kandung, atau saudara kandung.
“Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar ini biasanya adalah mereka yang punya anggota keluarga yang juga mengidap bipolar,” kata Dewi.
Selain warisan gen, faktor lain yang menyebabkan bipolar :
– kerusakan otak
– lingkungan
– stres yang tinggi
– penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang
– kehilangan orang tercinta
– perubahan struktur otak
Mengenal Jenis – Jenis Bipolar
Menurut The American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual IV- text revised (DSM IV- TR), bipolar dapat dibagi ke dalam empat tipe tergantung dari tingkat keparahan gejalanya.
Keempat tipe tersebut adalah gangguan bipolar tipe I, gangguan bipolar tipe II, gangguan siklotimik, dan gangguan bipolar yang tidak dapat dispesifikasikan( Not Otherwised Specified/NOS).
– Bipolar Tipe I
Orang dengan gangguan bipolar tipe I biasanya hanya mengalami satu episode mania dan kemudian berubah dengan diikuti episode depresi.
Perubahannya sangat terlihat dan cukup ekstrem, saat mania dia bisa semangat sekali dan tiba-tiba mengunci diri di rumah saat sedih. Episode manik yang terjadi juga kemungkinan melibatkan halusinasi atau delusi.
– Bipolar Tipe II
Penderita gangguan bipolar tipe II setidaknya mengalami satu episode depresi berat dan satu episode hipomania. Namun, penderita tidak pernah mengalami episode mania. Dewi menyebut gangguan bipolar tipe II bukanlah bentuk yang lebih ringan dari gangguan bipolar I, tetapi merupakan diagnosis yang terpisah.
Sementara episode mania dari gangguan bipolar I dapat menjadi parah dan berbahaya, individu dengan gangguan bipolar II dapat mengalami depresi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan gangguan yang signifikan.
“Penderita bipolar tipe II setidaknya mengalami satu episode hipomanik dan satu episode depresi tanpa melibatkan halusinasi atau delusi. Sebagian besar penderitanya bahkan lebih sering mengalami episode depresi”.
Sumber: Freepik
– Gangguan siklotimik
Pada gangguan siklotimik, penderita setidaknya memiliki periode hipomania dan depresi selama dua tahun. Namun pada anak-anak dan remaja periode ini bisa terjadi lebih singkat.
– Rapid cycle
Rapid cycle atau siklus cepat merupakan salah satu jenis gangguan bipolar yang pengidapnya mengalami berbagai perubahan mood dalam kurun waktu 12 bulan. Seseorang baru bisa dikatakan memiliki gangguan bipolar jenis rapid cycle bila periode suasana hati yang dialaminya berlangsung selama beberapa hari.
“Perubahan suasana hati tersebut biasanya akan terus berganti dengan intensitas yang tidak menentu. Artinya, mereka bisa sangat bahagia, tidak terlalu bahagia, sangat sedih, bahkan tampak normal seperti tidak ada masalah,” papar Dewi.