Virtual Tur, Solusi Jelajah Relief Karmawibhangga yang Tertutup di Candi Borobudur

Magelang - Urbanreaders udah pernah coba virtual tur relief Karmawibhangga, relief tertutup di kaki Candi Borobudur, belum? Menurut Balai Konservasi Borobudur (BKB), virtual tur ini bisa membangun imajinasi kamu saat memasuki lorong relief yang tertutup batu ini.
"Mengajak memasuki imajinasi dalam virtual tur untuk melihat relief tertutup batu, ini sebagai media imajinasi," kata pengkaji BKB Bramantara dalam diskusi online bertajuk Menguak Relief Tersembunyi Candi Borobudur, seperti yang dikuti dari Antara pada Minggu (3/5/2020) lalu.
Diskusi yang dimoderatori oleh Dhanny Indra Permana konsevator BKB itu juga mengundang Hendy Hertiasa, pengajar Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung sebagai narasumber.
Bramantara mengungkapkan, relief tersebut harus ditutup karena beberapa alasan, salah satunya kondisi sekitar bangunan yang rawan longsor. Ia juga menyebut faktor kelayakan dari sudut pandang keagamaan menjadi pertimbangan penutupan relief dengan 160 panel itu.
"Karmawibhangga memaparkan alur sebab akibat hidup masa lalu. Hukum sebab akibat satu pengertian penting, untuk memahami adegan makna di Karmawibhangga, baik buruk manusia ditentukan manusia sendiri. Berlaku untuk semua orang," jelasnya.
Ia pun menyebut bahwa sebenarnya relief Karmawibhangga pernah dibuka pada zaman pemerintahan kolonial Belanda untuk kepentingan penelitian. Kassian Chepas (1845-1912), fotografer pribumi Jawa berasal dari Kesultanan Yogyakarta bahkan pernah mendokumentasikannya sebelum relief itu ditutup.
"Karena dalam perjalanannya detail relief Karmawibhangga tidak bisa dieksplore secara maksimal, tidak bisa divisualkan kepada pemirsa, maka kami gunakan konsep virtual tur atau 'digital heritage'. Kita seolah lihat langsung dengan cara masuk ke blok-blok batu yang ditutup itu," katanya.
Wah pasti Urbanreaders penasaran kan? Nah, Bramantara menyebut bahwa sebelum virtual tur Karmawibhangga terlaksana, BKB harus melakukan riset dulu untuk menemukan formula yang realistis.
Mulai dari narasi yang dibangun oleh relief-relief tersebut dengan lorong struktur yang membawa imajinasi pengunjung hingga memikirkan cara agar mereka bisa menyerap pengetahuan tentang relief ini dengan mudah. Sehingga jadilah virtual tur Karmawibhangga berupa tiga dimensi yang realistis dan sesuai di lapangan.
"Virtual tur atau digital heritage saya pikir bukan hanya sesuatu yang biasa saja atau pelengkap saja, tetapi konteks digital masuk peran yang lebih besar lagi tentang relief di kaki Candi Borobudur," imbuhnya.
Nah, virtual tur ini juga cocok banget nih untuk mendukung pendidikan karakter generasi muda yang serba terhubung dengan internet.
Sementara itu, Hendy Hertiasa mengatakan penggunaan bahasa virtual menjadikan bahasa relief lebih populer.
"Dengan bahasa virtual, bahasa relief menjadi populer. Relief warisan yang terpendam itu bisa dieksplorasi. Pengunjung tidak hanya lari ke atas candi, selfie (swafoto) lalu turun. Pengunjung bisa pulang membawa nilai-nilai yang kami suguhkan kepada mereka," pungkasnya.
Nah, Urbanreaders siapa yang udah siap nih menjelajah lorong penuh imajinasi di relief Karmawibhangga, Candi Borobudur?