Sudah 1 Abad, Begini Sejarah Masjid Tua Patimburak di Papua

Jakarta - Indonesia menjadi negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia. Dari data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan, sekitar 87,18 persen atau 207 juta jiwa penduduk beragama Islam. Namun, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam.
Sementara itu, para sejarawan menyebut, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 sebelum masehi. Namun, banyak ilmuwan yang masih memperdebatkan kapan umat Muslim masuk ke Indonesia, hanya saja dipastikan penyebaran agama Islam melalui perdagangan umat muslim dari Timur Tengah.
Islam pun menyebar cepat ke NKRI, termasuk di Provinsi Papua Barat. Salah satunya di Kabupaten Fakfak, yang ditandai dengan dibangunnya Masjid Tua Patimburak.
FYI nih guys, Masjid Tua Patimburak adalah sebuah masjid tua bersejarah yang terletak di Distrik Kokas, Fakfak, Papua Barat. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan sejarah Islam di Papua dan menjadi salah satu pusat agama Islam di Kabupaten Fakfak.
Nah, bertepatan dengan bulan Ramadan, kamu bisa mengunjungi masjid ini untuk menghabiskan waktumu sembari belajar sejarah ya.
Seperti yang dituliskan dalam Wikipedia, beberapa literatur sejarah Papua menyebutkan, bahwa masjid inilah awal pertama peradaban Islam Papua dimulai.
Manuskrip-manuskrip kuno di Jazirah Onin (Ptimunin - Fakfak) menyebutkan bahwa agama Islam masuk di Fakfak pada 1606 melalui proses penyebarluasan kekuasaan Sultan Bacan dari Tidore, hingga pengaruhnya tersebut, maka tokoh-tokoh masyarakat di Fakfak langsung memeluk agama Islam.
Dari catatan sejarah, masjid ini berdiri lebih dari 100 tahun yang lalu, tepatnya dibangun pada tahun 1870 oleh seorang imam bernama Abuhari Kilian. Pada masa penjajahan, masjid ini bahkan pernah diterjang bom tentara Jepang. Hingga kini, kejadian tersebut menyisakan lubang bekas peluru di pilar masjid.
Bangunan dengan luas kurang dari 100 meter persegi ini tampak biasa saja. Namun, masjid ini memiliki keunikan pada arsitekturnya, yakni perpaduan bentuk masjid dan gereja. Musa Heremba mengaku bangunan masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi.
Meski mempertahankan bentuk aslinya, namun material asli yang belum diganti adalah empat buah pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid.
Masjid Tua Patimburak pun memiliki arsitektur yang dipengaruhi arsitektur Belanda dan Jawa yang sangat kental, hal ini dapat dilihat pada kubah masjid yang menyerupai model atap gereja-gereja di Eropa, ventilasi masjid juga berbentuk lingkaran, dan kayu di dinding masjid seperti bangunan kolonial.
Di dalam masjid juga terdapat empat buah tiang penyangga yang diprediksikan telah berusia lebih dari satu abad yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh ajaran Islam.
Adapun bangunan yang khas berbetuk segi enam melambangkan rukun iman dalam kepercayaan Islam sebagai pondasi dalam beragama, sedangkan atas kubahnya berbentuk segi delapan yang melambangkan delapan arah mata angin, di mana mata angin barat ditandai dengan mihrab sebagai kiblat salat dalam ajaran agama Islam.