URtrending

Tagar #CancelNetflix Trending Gara-gara Film Cuties, Kenapa?

Afid Ahman, Jumat, 11 September 2020 15.42 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Tagar #CancelNetflix Trending Gara-gara Film Cuties, Kenapa?
Image: istimewa

Jakarta - Setelah posternya sempat menuai kontroversi, film Cuties bikin geger Netizen setelah tayang di Netflix. Tagar #CancelNetflix pun digemakan dan menjadi trending topic di media sosial.

Film Cuties berfokus pada sekelompok gadis berusia 11 tahun yang membentuk kelompok tari twerking. Netflix sebelumnya meminta maaf setelah poster film Prancis tersebut memperlihatkan para pemeran di bawah umur berpose secara seksual. 

Sekarang muncul kritik baru atas film yang tayang perdana di Sundance. Para kritikus menyoroti adegan dansa dari film tersebut yang menampilkan tarian provokatif gadis-gadis di bawah umur. Mereka langsung mengajak banyak orang di media sosial menuntut Netflix menurunkan konten film tersebut.

Selain hashtag yang sedang trending di Twitter, petisi Change.org muncul, hingga kini sudah  mengumpulkan lebih dari 500 ribu tanda tangan yang meminta orang untuk membatalkan langganan Netflix mereka karena "Cuties" ditambahkan ke perpustakaan kontennya.

Netflix sudah buka suara soal ini. Mereka mengatakan kalau film Cuties merupakan komentar atas efek negatif jika gadis praremaja dipandang sebagai objek seksual di media dan sosial media. 

“Film ini merupakan komentar atas efek negatif jika gadis praremaja dipandang sebagai objek seksual di media dan sosial media. Film ini disutradarai oleh Maïmouna Doucouré dan telah memenangkan penghargaan di festival film Sundance tahun ini. Wawancara dengan sutradaranya dapat menjelaskan motivasinya dalam membuat film ini,” kata juru bicara Netflix.

Sementara itu dalam sebuah sesi wawancara Doucouré menjelaskan ide untuk Cuties diperoleh ketika dirinh menghadiri sebuah pertemuan lingkungan di Paris, sekelompok penari yang sangat muda naik ke atas panggung dan mereka menari seperti yang biasa kita lihat di klip video. 

1599813660-Doucorce.jpegSumber: Doucoure/IMDB

“Saya terkejut karena usia mereka yang masih sangat muda yaitu 11 tahun. Kemudian, saya memutuskan untuk menghabiskan satu setengah tahun berikutnya untuk melakukan penelitian. Saya bertemu dengan ratusan pra-remaja yang menceritakan kisah mereka kepada saya. Saya perlu tahu bagaimana perasaan mereka tentang feminitas mereka sendiri dalam masyarakat saat ini, dan bagaimana mereka membentuk citra diri mereka di masa di mana media sosial menjadi sangat penting,” ujarnya.

Doucouré mengku benar-benar mencurahkan isi hatinya karena cerita dari film ini merupakan refleksi dari kisah pribadinya. Dia menciptakan ulang dirinya semasa kecil dalam film tersebut. 

Tumbuh dalam dua budaya telah memberikan Doucouré kekuatan sekaligus nilai-nilai yang dianut hingga hari ini. Dia mengaku dapat menghargai kedua budaya yang berbeda yang dibawa orang tuanya yang berkebangsaan Senegal dan Prancis. 

“Sebagai seorang anak, pertanyaan tentang bagaimana saya nanti ketika menjadi seorang perempuan dewasa adalah obsesi saya. Saya melihat begitu banyak ketidakadilan di sekitar saya yang dialami wanita dan saya menyimpan semua kemarahan itu di dalam diri saya. Saya tidak berdaya ketika saya masih kecil. Hari ini saya dapat menggunakan suara dan seni saya untuk membagikan visi saya tentang feminitas,” katanya.

“Perjuangan saya adalah untuk kebebasan perempuan dalam masyarakat dan juga dalam pikiran kita. Saya percaya bahwa film, dan seni secara umum, dapat mengubah dunia. Mari kita buat suara kita didengar. Kita memang bisa melihat penindasan terhadap perempuan di budaya lain, tapi pertanyaan saya adalah: Bukankah objektifikasi tubuh perempuan yang sering kita lihat di budaya barat juga merupakan jenis penindasan dalam bentuk lain?” lanjut Doucouré.

Doucouré meningatkan menonton  ​Cuties sebagai sebuah pengalaman, bukan untuk menilai anak-anak gadis yang ada di film tersebut. Cobalah untuk mengingat ketika seusia mereka. Seluruh film dilihat dari mata karakter utamanya, Amy. 

“Kita coba melihat apa yang Amy lihat dan rasakan apa yang dia rasakan. Coba juga melihat tarian itu dari sudut pandangnya. Tarian-tarian seksi tersebut dibuat ulang sehingga dapat dia bagikan di media sosial demi menjadi populer. Saya membuat keputusan-keputusan saat menyutradarai film ini untuk menggambarkan tarian sesuai dengan cara Amy menari dan bagaimana dia mengekspresikannya, agar saya bisa bersamanya sepanjang film,” kata Doucouré

“Cuties merupakan film yang sangat feminis dan berisi pesan protes. Kita semua harus bersatu untuk mencari tahu apa yang terbaik untuk anak-anak kita. Sebagai sutradara, sebagai seniman, saya melakukan bagian saya melalui film ini. Politisi, sistem pendidikan, orang tua, dan anak-anak harus bersatu untuk memperbaiki apa yang salah, sehingga kita dapat memberikan rumah terindah bagi anak perempuan dan laki-laki kita sehingga mereka dapat tumbuh dengan aman dan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait