URnews

Tahun 2023 Dibayangi Resesi Global, Amankah Memulai Bisnis?

Ika Virginaputri, Minggu, 27 November 2022 19.07 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Tahun 2023 Dibayangi Resesi Global, Amankah Memulai Bisnis?
Image: ilustrasi resesi global (Foto: Freepik)

Jakarta - Tahun 2023 sudah di depan mata nih, Guys. Di tengah ancaman resesi global tahun depan yang disuarakan lembaga keuangan internasional, pemerintah kita optimis ekonomi Indonesia akan baik-baik saja.

Begitupun yang diprediksi oleh penasihat keuangan Shila Financial, Ila Abdulrahman. Ila menilai pergerakan sektor riil negara kita tetap bisa diandalkan. Terbukti dari masa pandemi yang memunculkan banyak bisnis baru. Jadi Ila berpendapat, memulai usaha di tahun 2023 masih aman-aman saja. 

"Bisnis selamanya akan terbuka peluang," ungkap Ila saat dihubungi Urbanasia. "Namun perlu dicermati nih, dengan kondisi yang katanya temaram, remang-remang, lilin apa yang bakal menyala. Bisnis apa yang bakal jalan." lanjut Ila. 

Ila mencontohkan saat pandemi yang mengharuskan masyarakat melakukan social distancing dan berdiam diri di rumah. Di masa itu makin banyak bisnis kesehatan, pesan-antar makanan dan pengiriman barang bermunculan. Nah di tahun depan, Ila memprediksi aktivitas di luar rumah bakal makin ramai. 

"Tahun depan akan banyak orang keluar, menikmati alam sekitar. Sektor riil seperti renovasi rumah akan mulai bergerak. Bahan bangunan akan mulai laku lagi," Ila menuturkan.

Namun Ila juga mengingatkan agar memulai usaha juga dibarengi dengan pengetahuan dan kemampuan diri. Jika perlu, jangan segan berkonsultasi dengan business coach untuk melihat peluang yang paling cocok dengan skill dan minat kamu, Guys.

Ila juga berpesan agar kita nggak perlu berlebihan menanggapi ancaman resesi 2023. Selama kita menerapkan aturan 10-20-30-40 dalam mengelola penghasilan yang kita miliki, maka keuangan kita bakal aman. 

10 persen penghasilan buat dana sosial seperti kasih ke orang tua, zakat dan sumbangan amal, 20-30 persen penghasilan untuk cicilan hutang, 30 persen lain adalah untuk investasi dan 40 persen untuk membiayai kebutuhan hidup. 

"30 persen yang investasi itu juga untuk tabungan, dana darurat, dana pensiun, itu cukup sebenernya. Kalau itu dijalankan, dihadang kondisi apapun, keuangan kita akan aman-aman saja," Ila menjelaskan. 

Buat kamu yang masih belum teratur dalam rencana keuangan pribadi, Ila menegaskan ancaman resesi bisa jadi momen tepat untuk berubah. Misalnya dengan mengurangi utang konsumtif dan disiplin menerapkan sistem 10-20-30-40 tadi.

Di akhir perbincangan dengan Urbanasia, Ila memuji masyarakat Indonesia yang terbukti punya semangat juang tinggi karena mampu bertahan dalam kondisi seburuk apapun. 

"Kita ini adalah masyarakat yang daya juangnya, daya tahannya luar biasa. Jadi nggak usah takut resesi," pungkas Ila. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait