URtech

Buat Urusan Pesan Antar Makanan di Indonesia, GrabFood ungguli GoFood

Anisa Kurniasih, Kamis, 28 Januari 2021 17.10 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Buat Urusan Pesan Antar Makanan di Indonesia, GrabFood ungguli GoFood
Image: Malvin, Pekerja Event yang 'Banting Setir' Jadi Mitra GrabFood di Tengah Pandemi (Istimewa)

Jakarta - Pandemi COVID-19 telah mempercepat pertumbuhan layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara selama tahun 2020 khususnya di Indonesia. Apalagi, diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang juga mendorong para penyedia layanan makanan untuk beralih ke bisnis online.

Momentum Works, perusahaan konsultan yang bermarkas di Singapura, menyatakan laporan nilai total volume transaksi (gross merchandise volume/GMV) layanan pesan-antar makanan di Indonesia yagmencapai US$ 3,7 miliar (sekitar Rp 52 triliun) pada 2020. Grab pun tercatat menguasai 53 persen pangsa pasar layanan pesan-antar makanan di Indonesia dan Gojek 47 persen.

Dalam laporan tersebut, Indonesia tetap menjadi pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020, diikuti oleh Thailand (US$ 2,8 miliar atau sekitar 39 triliun), Singapura (US$ 2,4 miliar atau sekitar 33 triliun), Filipina (US$ 1,2 miliar atau sekitar 16 triliun), Malaysia (US$ 1,1 miliar atau sekitar 15 triliun), dan Vietnam (US$ 0,7 miliar atau sekitar 9,8 triliun). 

Jianggan Li, Chief Executive Officer, Momentum Works menyatakan, Grab yang mengoperasikan layanan GrabFood di enam pasar Asia Tenggara menyumbang US$ 5,9 miliar atau sekitar 83 triliun GMV secara regional, dan gojek yang mengoperasikan GoFood di Indonesia, Thailand, dan Vietnam, menyumbang total GMV sebesar US$ 2,0 miliar atau sekitar 28 tiliun.

“Menurut kami, sebagian besar pertumbuhan layanan pengiriman makanan pada tahun 2020 akan bersifat permanen mengingat adanya tren digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen. Kami optimis terhadap prospek layanan pesan-antar makanan di Indonesia, meskipun kemungkinan akan memakan waktu beberapa tahun sebelum sektor ini dapat diadopsi secara massal,” ungkap Jianggan dalam diskusi media secara virtual, Kamis (28/1/2021).

Ia juga menyebutkan, pemain layanan pesan-antar makanan harus memiliki strategi jangka panjang agar dapat memanfaatkan peluang di pasar yang sangat besar ini secara optimal.

Jianggan menambahkan, faktor utama yang menjadikan Indonesia sebagai pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di kawasan Asia Tenggara adalah besarnya populasi di negara ini yang mencapai 217 juta penduduk. Meski demikian, layanan pesan-antar makanan di Indonesia baru menyumbang kurang dari 1% dari pasar layanan makanan negara itu sendiri yang mencapai US $ 61 miliar pada tahun 2019. 

“Walau hal ini menggambarkan ruang pertumbuhan yang signifikan bagi perusahaan layanan pesan-antar makanan di Indonesia, fakta ini juga mencerminkan kurangnya

kesiapan pasar dalam mengadopsi layanan pesan-antar makanan di kota-kota tier kedua dan ketiga,” imbuhnya.

Pendapatan rumah tangga dan angka belanja konsumen untuk layanan makanan dan minuman di Indonesia termasuk yang terendah di kawasan Asia Tenggara, dengan infrastruktur yang masih tertinggal di berbagai kota. Sebagai akibat dari keterbatasan faktor-faktor penunjang ini, para penyedia layanan pesan-antar makanan harus memiliki perencanaan jangka panjang saat  berinvestasi di Indonesia.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait